Implementasi Pendekatan Design Thinking dalam Proses Pembelajaran

Oleh: Rudiyanto, S.Pd.,Gr

Guru Pendidikan Agama Islam SD Negeri 9 Airgegas, Kabupaten Bangka Selatan

 

Sebagai seorang pendidik profesional hendaknya senantiasa dapat menghadirkan proses pembelajaran yang menarik, inovatif, mampu merangsang dan menumbuhkan pola berpikir kritis para peserta didik serta sesuai dengan situasi dan kondisi zaman abad 21 seperti yang kita rasakan saat ini. Proses pembelajaran klasik seperti ceramah, Catat Buku Sampai Abis (CBSA) sudah tidak relevan dan justru melemahkan potensi pedagogik tiap-tiap peserta didik. Pendidik yang profesional tentu harus mengetahui dan memahami kebutuhan peserta didiknya agar proses pembelajaran yang dihadirkan memiliki makna mendalam bagi peserta didiknya serta dapat di implementasikan dalam kehidupan nyata.

Design thinking merupakan sebuah proses pembelajaran yang menjadikan peserta didik layaknya seorang desainer yang dituntut untuk dapat memecahkan sebuah masalah berdasarkan sudut pandang manusia (human-centered). Beberapa tahapan implementasi pendekatan design thinking dalam proses pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut: Tahap empathize (berempati), sebagai salah satu contoh misalnya, seorang pendidik memberikan sebuah problem atau permasalahan terkait materi yang berjudul “Hidup Rukun di Tengah Keberagaman” kepada peserta didik serta mengumpulkan informasi berdasarkan pengalaman peserta didik. Tahap define (mendefinisikan masalah), selanjutnya peserta didik diberikan ruang dan waktu untuk mendesain dan berpikir terkait definisi hidup rukun dan damai di tengah-tengah keberagaman suku, ras, agama, adat istiadat dan lain sebagainya serta permasalahan-permasalahan yang sering terjadi sesuai dengan sudut pandang dan pengalamannya. Dalam upaya pemecahan masalah tersebut, dapat dilakukan secara berkelompok maupun individu. Tahap ideate (mencari ide), peserta didik merumuskan pemecahan masalah dengan pemahaman materi secara mendalam. Misalnya dengan merumuskan bagaimana agar senantiasa dapat hidup rukun dan damai di tengah-tengah keberagaman suku, ras, agama, adat istiadat dan lain sebagainya, faktor penyebab perselisihan dan perpecahan dan lain sebagainya. Tahap prototype (prototipe), peserta didik menuangkan ide-ide dan solusi potensial untuk pemecahan masalah terkait “Hidup Rukun di Tengah Keberagaman”. Tiap-tiap peserta didik atau kelompok menyampaikan hasil desain pemikirannya ke depan kelas misalnya terkait dengan kegiatan atau langkah-langkah hidup rukun dan damai di tengah-tengah keberagamaan suku, ras, agama, adat istiadat dan lain sebagainya. Tahap test (Menguji), menguji hasil desain pemikiran ke dunia nyata dan memperoleh umpan balik terkait solusi atas materi “Hidup Rukun di Tengah Keberagaman”. Misalnya dengan menguji kegiatan atau langkah-langkah hidup rukun dan damai di tengah-tengah keberagamaan suku, ras, agama, adat istiadat dan lain sebagainya ke dunia nyata peserta didik.

Beberapa manfaat pembelajaran design thinking antara lain adalah sebagai berikut:

1. Melatih kompetensi growth mindset

Growt mindset merupakan pola pikir untuk terus bertumbuh maju ke depan. Melalui proes pembelajaran design thinking, maka peserta didik akan terus mencoba dan melahirkan ide-ide baru dalam memecahkan sebuah masalah

2. Melatih kompetensi kemandirian dan inisiatif

Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan design thinking memungkinkan peserta didik untuk terus menggali informasi, menyampai ide-ide pemikiran hingga mempraktikkan dan mengamalkan dalam kehidupan nyata nya

3. Pembelajaran lebih bermakna dan mendalam

Melalui proses pembelajaran design thinking, para peserta didik akan senantiasa belajar dengan senantiasa mendesain dan menyelesaikan pokok permasalahan dengan mempertimbangkan dari berbagai sudut pandang. Pengalaman belajar tersebut yang akan menjadikan sebuah proses pembelajaran semakin bermakna dan mendalam

4. Melatih keterampilan

Proses pembelajaran design thinking senantiasa melatih peserta didik untuk dapat berempati, berpikir kritis, melahirkan inovasi-inovasi terbarukan, berkolaborasi dan berkomunikasi. Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menghadapi perkembangan zaman pada saat ini. (BP)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *