Sastra  

Kapten Gusmao Sang Penakluk laut Sejati dan Harta Karun Terpendam

Ilustrasi by : PxHere

Oleh : Sutiono, S.Pd., M.M (Kepala SMK N 1 Tukak Sadai)

Bekaespedia.com _ Pagi hari yang indah, Mentari bersinar tampak malu-malu menari di atas hamparan air laut yang tenang, menyapu kabut tipis yang menggantung di cakrawala dan serta di iringi nyayian burung camar yang riang menyambut datangnya pagi. Di dermaga Tanjung Harapan, suasana pagi sudah penuh dengan kegelisahan.

Kapten Gusmao, pria dengan sorot mata yang tajam pernah menantang ribuan badai dengan rambut gondrong keriting terurai, dengan dada membusung semakin terlihat kekar dan gagah berdiri di hadapan anak buahnya. Mereka berencana akan berangkat menuju Pulau Burung, tempat sangat legendaris sekali dengan cerita harta karun yang tersembunyi di balik tebing-tebing curam, dan hutan tak tersentuh dari manusia.

Namun, tanpa disadari di hadapan mereka, telah berdiri seorang pengawas pelayaran dengan wajah penuh kecemasan.

“Kapal ini tak akan bertahan jauh untuk berlayar! Terlalu tua dan rapuh,” ujarnya, suaranya dipenuhi rasa khawatir.

Kapten Gusmao menatapnya dengan senyum penuh percaya diri.

“kapal ini mungkin bukan kapal yang mewah seperti kapal titanic, tapi dengan tekad, semangat dan tim yang hebat, lautan yang ganas akan tunduk. Dan jangan lupa, aku sang kapten penakluk lautan dan  sudah melewati badai yang lebih besar dari ini,” katanya.

Matanya berkaca seperti kilat yang menyambar dengan keyakinan yang menular ke seluruh awaknya. Tanpa menunda lagi, mereka menaikkan layar, dan kapal tua itu mulai berlayar melalui selat gibang sampai menembus samudera yang membentang. Selajutnya pengawas pelayaran menjawab dari perkataan sang kapten.

“Baiklah kalau itu jawaban anda, tapi ingat saya tidak mengeluarkan surat izin berlayar dan berlepas diri dari tanggungjawab jika terjadi sesuatu yang menimpa dalam pelayaran anda saat ini”.

Di bawah komando Sang Kapten Gusmao, angin mengisi layar kapal, mendorong mereka semakin jauh dari dermaga. Gelombang laut memeluk lambung kapal, seolah menguji ketangguhannya. Namun, jauh di dalam lubuk hati para awak, bukan lautan yang menjadi musuh mereka, melainkan keraguan.

Di tengah perjalanan, secara tidak terduga suasana berubah. “Si Pembaca Bintang”, seorang pelaut yang dikenal dengan insting tajamnya, mulai meragukan arah yang ditetapkan Gusmao.

“Kapten, kita seharusnya mengarah ke selatan! Harta itu bukan di sini!” katanya dengan nada tegas.

Kapten Gusmao dengan mata elangnya menatap tajam ke pelaut itu. “Bintang bisa menuntun kita, tapi lautan punya bahasa yang hanya bisa dibaca oleh mereka yang pernah menyatu dengannya. Percayalah padaku, kita berada di jalur yang benar”.

Meski ada ketegangan di antara awak kapal, Sang Kapten Hebat Gusmao tetap tak tergoyahkan. Keteguhan hati dan kepercayaan tinggi sang kapten membuat sebagian besar awak tetap mempercayainya. Tapi tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dan kapal bergetar hebat, suasana mendadak menjadi hening, semua cemas dan ketakutan. Kapal mereka menghantam karang tersembunyi di bawah permukaan air. Suara kayu yang patah dan air secara berlahan mulai membanjiri lambung kapal dan hal ini menambah kepanikan pada awak kapal. Di saat terjadi kepanikan.

“Si Pembaca Bintang”, berkata dengan kesal, “sudah saya katakan bahwa kita salah arah dan kapten masih keras kepala”.

Namun, Kapten Gusmao sang legenda penakluk laut tetap tenang dan tidak menghiraukan perkataan dari Si Pembaca Bintang.

“Tutup kebocoran! Kerja sama kita adalah kekuatan kita,” serunya, memberikan komando dengan ketenangan yang luar biasa. Dalam waktu singkat, para awak kembali bekerja dengan cepat dan efektif, sementara sang kapten dengan cermat memimpin mereka melewati masa kritis. Meski kapal mengalami kebocoran, tekad mereka tak pernah surut.

Setelah berjuang melawan kondisi kapal yang kritis, mereka tiba di Pulau Burung. Pulau itu tampak menakutkan dengan tebing-tebing tinggi yang menjulang dan di selimuti pohon besar dan rimbun, namun mereka merasa bahwa harta karun itu berada sangat dekat. Di dalam gua tersembunyi, di balik bebatuan kuno, mereka menemukan peti yang telah lama menjadi impian para pelaut. Harta karun itu berkilau di bawah cahaya obor, jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan.

Tapi waktu tidak berpihak pada mereka. Dengan kapal yang masih rusak, mereka hanya mampu membawa sebagian dari harta itu. Namun, bagi Gusmao dan para awak, harta yang mereka bawa sudah lebih dari cukup. Mereka tahu bahwa pengalaman, keberanian, dan kebersamaan yang mereka dapatkan jauh lebih berharga daripada emas dan permata.

Dalam perjalanan pulang, meski kapal perlahan-lahan masih memerangi kebocoran, para awak bersorak gembira. Mereka telah berhasil! Dengan harta di tangan, mereka berhasil melewati semua tantangan. Kapten Gusmao berdiri di haluan kapal, senyum puas terpancar dari wajahnya.

“Ini bukan hanya soal harta,” gumamnya pelan, “Ini tentang apa yang kita pelajari di sepanjang perjalanan dan ingatlah pertolongan tuhan itu selalu ada bagi hambanya yang tidak berputus asa dan selalu bersabar”.

Selanjutnya sang Kapten berujar lagi,

“ wahai awak kapal ku yang hebat dan pemberani, yakinlah bahwa keajaiban itu selalu ada bagi orang yang percaya akan keajaiban”.

Saat mereka kembali ke dermaga, disambut oleh penduduk desa dengan sorak-sorai, Gusmao Sang Kapten Penakluk Laut Sejati, tahu satu hal bahwa perjalanannya ini bukan sekadar tentang menemukan harta karun, tetapi tentang bagaimana ia memimpin dan menciptakan keluarga baru di atas laut. Kapal tua dan berkarat mungkin tak lagi layak berlayar, tapi bersama-sama, mereka telah menaklukkan lautan, menghadapi ketakutan mereka, dan menemukan harta yang sebenarnya, persahabatan, keberanian, dan keyakinan tanpa batas serta keajaiban yang selalu ada bagi orang mempercayainya.

Cahaya mentari senja mulai terlihat di ufuk barat, Kapal tua dengan seorang kapten legendaris sang penakluk laut sejati bersama dengan awak kapal yang pemberani dengan gagah penuh senyuman kemenangan segera berlabuh di dermaga kebanggan masyarakat tangjung harapan. Kapten Gusmao tahu, tak ada misi yang lebih indah dari ini.

Exit mobile version