Oleh: Meilanto (Penulis, Pegiat Sejarah dan Budaya Bangka Tengah)
Kampung dan nama tempat di Koba
Kampung Dalam
Dalam peta topografi Koba tahun 1934, terlihat adanya tulisan “Dalam”. Kata “Dalam” pada peta tersebut mengacu kepada penamaan Kampung atau wilayah pemukiman penduduk (native village). Pada peta tersebut sebelah utara Kampung Dalam terdapat Kampung Palembang, Kampung Tengah dibagian selatan, Kampung Kranggan disebelah timur dan klaster Eropa disebelah barat.
Di Kampung Dalam terdapat sebuah masjid yang berada dekat perempatan. Masjid tersebut kini dikenal dengan masjid Silaturrahim.
Dinamakan Kampung Dalam diduga masyarakat yang mendiami kawasan ini pada mulanya adalah perpindahan dari Kampung Dalam Pangkalpinang yang pindah dari Tuatunu. Perpindahan tersebut karena terjadinya perbedaan paham yang dianut. Saat ini Kampung Dalam berada diwilayah Kelurahan Koba.
Penamaan Kampung Dalam juga diduga karena letak kampung ini yang secara geografis berada di dalam jauh dari jalan raya yang menghubungkan Pangkalpinang-Toboali.
Kampung Tengah
Kampung Tengah secara geografis terletak ditengah klaster melayu Koba. Sebelah utara terdapat Kampung Dalam, sebelah selatan Kampung Sekip, sebelah timur Kampung Kranggan dan aliran aik Risi serta aik Binjai yang menyatu. Sedangkan disebelah barat terdapat klaster Eropa. Secara administrasi, Kampung Tengah saat ini berada di Kelurahan Koba.
Kampung Sekip
Kata “Sekip” dalam Kamus Bahasa Indonesia berarti “sasaran menembak.” Jika mengacu dari arti tersebut diduga di kawasan kampung ini tempat terjadinya baku tembak pada zaman kolonial/ penjajah atau tempat latihan tembak para tentara pada masa itu.
Dalam peta tahun 1934, Kampung Sekip berada diantara Kampung Senanghati di selatan, Kampung Tengah di utara, Aliran aik Binjai di sisi timur dan jalan raya di sisi barat. Secara administrasi, Kampung Sekip berada di Kelurahan Koba.
Selanjutnya di Kelurahan Berok juga terdapat Kampung Sekip. Menurut Wendi, tokoh pemuda Kampung Sekip Berok, saat ia masih kecil, di sisi barat Kampung Sekip Berok terdapat lapangan tembak untuk latihan para tentara. Ia bersama teman-temannya sering mendapatkan selongsong peluru. Latihan tembak tersebut pada bagian ujung dibuat agak tinggi seperti gundukan tanah.
Kampung Senanghati
Kampung Senanghati berada disisi kiri jalan raya menuju Toboali. Berseberangan jalan dengan Kampung Cina (Chin Kamp) atau klaster Cina. Kampung Senanghati sangat panjang membentuk pola jalan raya sebagai native village.
Toponimi Senanghati diduga masyarakat awal yang menemukan daerah baru setelah sekian lama dalam pelarian atau perjalanan. Kondisi hati masyarakat yang senang dengan daerah baru tersebut sehingga kawasan tempat tinggal mereka yang dibaru dikenal dengan Senanghati.
Kampung Kranggan
Kampung Kranggan berada di sisi timur Kampung Dalam. Di Kampung Kranggan terdapat aliran air yang bagian hulunya bercabang yaitu aik Risi dan aik Binjai.
Kata “Kranggan” diduga berasal dari nama tempat tinggal rangga dan keluarga; “ke–rangga-an” yang kemudian lebih mudah disebut dengan “keranggan” atau “kranggan”. Selain di Koba, Kampung Kranggan juga terdapat di Kota Mentok Bangka Barat.
Kampung Palembang
Kampung ini berada di seputaran SD Negeri 2 Koba saat ini. Dalam peta 1934 termasuk ke dalam klaster Melayu. Penamaan kampung Palembang diduga warga yang mendiami kampung ini pada mulanya adalah orang-orang pendatang dari Palembang. Atau kampung yang didiami oleh Sultan Anom Alimuddin yang asli Palembang.
Di kampung Palembang terdapat sebuah kelenteng dan bangunan yang terbuat dari batu (stenen). Kelenteng tersebut adalah kelenteng Setya Bakti yang sebelah kanannya terdapat sungai Sinar Bulan. Bangunan yang kedua yaitu sebuah bangunan yang relatif besar dengan lingkungan sekitarnya berupa tanah kosong. Bangunan tersebut kini menjadi SD Negeri 2 Koba.
Menurut ibu Marwiyah, sekitar tahun 1990-an, penduduk di kampung ini adalah orang Palembang dengan logatnya yang kental. Kini tidak begitu banyak warga Palembang yang tinggal di Kampung Palembang.
Kaoemanloear
Kaoemanloear (Kaumanluar) adalah kampung yang berada disisi barat klaster Eropa. Posisi sekarang daerah TPU Koba. Sebelah selatan Kaoemanloear berbatasan dengan klaster Cina (Chin Kamp.). Kata “Kaoemanloear/ Kaumanluar” mengacu pada letak kampung ini yang berada di luar klaster melayu.
Kata “Kaoemanloear” sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu “Kauman” dan “Luar”. Kauman berarti wilayah yang biasanya disekitar masjid yang penduduknya beragama Islam. Kauman berasal dari kata dasar yaitu kaum. Sementara itu kata “Luar” karena kampung ini berada di luar bagian klaster melayu. Secara spesifik, pada kawasan kampung ini berupa TPU, Daerah Aliran Sungai (DAS) Koba, dan moeras (rawa-rawa) pada sisi utara yang merupakan bagian dari Sungai Koba. Berbeda dengan sisi selatan dengan tanah yang padat sehingga bisa digunakan untuk lahan TPU, kemudian ada tanaman karet (rubber) dan kelapa (klapperboomen).
Berok
Dalam tuturan lisan masyarakat Koba, sungai yang berada disisi barat Koba adalah Sungai Berok. Sebenarnya sungai tersebut bernama Sungai Koba. Kata “Berok” berarti bagian muka sungai yang menghadap ke pemukiman warga. Bagian-bagian sungai seperti bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir (muara/ kuala/ kualo). Pada sungai Koba, bagian yang menghadap ke pemukiman warga berada di bagian tengah dan dikenal dengan nama berok.
Kata “Berok” bukan merujuk pada kata “Brug” yang dilafalkan menjadi berok. Memang, di sungai tersebut ada jembatan yang menghubungkan dua sisi daratan. Kata “brug” dalam bahasa Belanda berarti jembatan.
Selanjutya kata “Berok” juga bukan merujuk pada jenis fauna beruk (Macaca nemestrina) yang banyak terdapat di hutan dikawasan tersebut. Beruk merupakan suatu jenis makaka (Macaca sp.) yang tersebar di wilayah Thailand bagian selatan, Malaysia dan Indonesia. Hewan ini masih masih termasuk kelas mamalia dengan ordo Primates.
Kini, Berok telah menjelma menjadi kawasan yang padat penduduk dan telah menjadi salah satu kelurahan di wilayah ibukota Kabupaten Bangka Tengah ini. Kelurahan Berok berbatasan dengan Kelurahan Arungdalam di sebelah barat, Sungai Koba di sebelah timur, Laut Cina Selatan dan Sungai Koba di sebelah utara dan hutan serta lahan bekas tambang PT. Kobatin di sebelah selatan.
Di Kelurahan Berok terdapat Kerkhof (pemakaman Belanda) yang berada tidak jauh dari SPBU Koba. Di kawasan tersebut kini, makam Belanda sudah rusak. Selain makam Belanda, ada juga makam Cina dan Kristen.
Kampung Jawa
Dalam peta-peta tua Koba, tidak ditemukan tulisan “Jawa”. Penamaan Kampung Jawa diduga penduduk yang tinggal dikampung ini adalah para pendatang dari Jawa. Belum diketahui secara pasti kapan orang Jawa membentuk komunitas di Koba ini.
Kampung Jawa Koba saat ini secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Koba. Kini penduduk yang tinggal di Kampung Jawa didominasi oleh orang Cina.
Sebelah timur kampung Jawa berbatasan dengan komplek Kantor Bupati Bangka Tengah dan Air Risi, sebelah barat berbatasan dengan jalan raya Koba – Toboali dan Kampung Cina. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Raya Koba – Lubukbesar dan sebelah barat berbatasan dengan Kampung Sekip.
Penamaan Kampung Jawa tersebar di beberapa Kota dan Desa di pulau Bangka
seperti di Mentok, Sungailiat, Belinyu, dan Toboali. Di desa-desa di pulau Bangka umumnya orang-orang Jawa bermukim di ujung kampung.
Jalan H. M. Nur
Bagi masyarakat Koba dan sekitarnya, sudah tidak asing lagi dengan nama jalan ini. Jalan H.M. Nur. Belum ditemukan data otentik kepanjangan dari huruf Huruf “H” dan “M”. Besar kemungkinan huruf “H” merupakan singkatan dari kata ‘Haji” dan huruf “M” pada nama yaitu Muhammad. Jadi lengkap menjadi Haji Muhammad Nur. Jika demikian besar kemungkinan beliau seorang muslim.
Mengutip dari buku Koba Dalam Historiografi Sebuah Penelusuran Jejak Sejarah Koba, H.M. Nur adalah Lurah Kampung Nibung, sebuah kampung yang terletak lebih kurang 3 Km dari Koba. Pada tahun 1946, sebuah mobil yang ditumpangi oleh 2 orang tentara Jepang dari arah Toboali menuju Pangkalpinang dihentikan oleh H.M. Nur. Ketika H.M. Nur hendak membunuh kedua orang Jepang tersebut, datanglah Kapten Munzir yang saat itu sedang melakukan inspeksi di daerah Bangka Selatan dan mencegah pembunuhan tersebut, namun kemudian membawa kedua orang tentara Jepang tersebut ke Koba untuk diperiksa.
Interogasi dilakukan oleh para pejuang menunjukkan bahwa Jepang memiliki persediaan makanan di Parit IV Kampung Payung yang digunakan untuk keperluan orang-orang Jepang sementara menunggu dikembalikannya status mereka kepada sekutu. Selanjutnya kedua orang tersebut dipaksa menandatangani surat penyerahan perbekalan dimaksud kepada TKR. Selanjutnya, Kapten Munzir beserta Gunco dan rombongannya langsung ke Parit IV Kampung Payung yang diikuti oleh Lurah Nibung H.M. Nur. Gudang perbekalan tersebut pun disita dan isinya dibagikan kepada anggota TKR.
Selanjutnya, H.M. Nur gugur dalam pertempuran di Petaling. Diceritakan ia beserta pasukannya membuat basis pertahanan di Petaling. Dalam pertempuran tersebut, ia banyak menembak mati tentara NICA. H.M. Nur terkenal dengan ilmu gaib yang dalam bahasa Bangka dikenal dengen ilmu ngelimun. Pantangan ilmu ngelimun tersebut, nama H.M. Nur tidak boleh disebut. Dalam pertempuran yang sengit, namanya disebut oleh pasukannya sehingga tubuhnya bisa dilihat oleh tentara NICA. Alhasil, tubuhnya menjadi sasaran tembak tentara NICA dan ia pun gugur pada 14 Februari 1946.
Kerangka jenazahnya kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Padma Satria di Sungailiat bersama dengan kerangka 12 pejuang yang gugur pada tanggal yang sama yang dikenal dengan nama Pahlawan 12.
Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah mengabadikan nama H.M. Nur sebagai salah satu ruas jalan yang berada di Kota Koba untuk mengenang jasa-jasanya dalam pertempuran melawan tentara NICA. Jalan H.M. Nur dengan panjang jalan 0,39 Km dan nomor ruas jalan 4.22. (Keputusan Bupati Bangka Tengah nomor 188.45/623/DPU/2016 tentang Perubahan atas keputusan Bupati Bangka Tengah nomor 188.45/255/DPU/2012 tentang Penetapan Ruas Jalan Kabupaten).
Di ruas jalan ini terdapat sebuah masjid yaitu masjid An-Nur Koba. Masjid ini sudah sangat modern dan megah dengan bangunan dua lantai. (Bersambung)