Sastra  

LEGENDA BATU BELANDO

Foto_ file:///C:/Users/User/Downloads/LocationPhotoDirectLink-g1234795-d14910930-i475176926-Nek_Aji_Beach-Bangka_Island_Bangka_Belitung_Islands_Sumatra.html

Oleh : Dwikki Ogi Dhaswara

 

Bekaespedia.com_Di ujung selatan Pulau Bangka, tepatnya di Toboali, di mana laut biru bertemu dengan pasir putih yang lembut, ada sebuah legenda yang berbisik dan berdenyut, termaktub dalam setiap hembusan angin dan deburan ombak.

Di masa penjajahan Belanda, seorang pejuang pemberani bernama Batin Pa Amien menjadi simbol perlawanan dan harapan bagi rakyat Toboali.

Keberaniannya telah melegenda, membakar semangat rakyat melawan penjajahan Belanda. Dia adalah salah satu Rakyat Toboali yang sederhana, yang jiwanya dipenuhi cinta tak terhingga pada tanah kelahirannya.

Pada suatu hari, ketika akan memasuki senja. Ia berjalan menelusuri pantai dekat dengan Benteng Toboali, maksud hatinya ingin menikmati angin pantai dikala sore hari. Ia memandang laut lepas dengan mata yang penuh tekad, merasakan panggilan dari gelombang yang memecah pantai.

Namun, perasaan buruk terasa seketika. Disaat langit Toboali yang mulai meredup diufuk barat menjadi gelap, ketika kapal-kapal perang Belanda mulai nampak, seolah membawa ancaman yang kelam.

Rakyat Toboali yang ketika senjanya hidup damai dengan membawa hasil tangkapan ikan dan udang, serta memperbaiki jala, kini berhimpun dalam kegelisahan dan tekad.

Rakyat Toboali bersama Batin Pa Amien yang berada di barisan depan, bersiap menghadapi musuh dengan segala keberanian.

Mereka tahu bahwa pantai ini, dengan setiap jengkal pasir dan setiap bongkahan batu adalah saksi dari perjuangan yang tak kenal takut.

Pasukan Belanda mulai mendarat, suara derap langkah mereka beriringan dengan gemuruh ombak yang memecah pantai.

Batin Pa Amien mengatur strategi dengan cerdik. Mereka bersembunyi di balik bebatuan besar yang tersebar di sepanjang pantai. Memanfaatkan setiap celah dan lekuk alam sebagai perlindungan.

Pertempuran pun pecah di tepi pantai Toboali. Pasukan Belanda dengan senjata lengkap dan kekuatan besar, maju dengan angkuh. Mereka menyangka akan dengan mudah mengalahkan Rakyat Toboali yang tak terlatih.

Akan tetapi, dengan gagahnya Rakyat Toboali berani menghadang mereka. Dengan segala alat seadanya, peninggalan dari gurundanya Raden Keling, mereka melawan dengan semangat yang membara.

Batin Pa Amien berdiri di atas batu karang yang besar, memberikan komando dengan lantang:

“Wahai saudaraku, hari ini kita berdiri di hadapan sejarah. Jangan gentar, karna kita adalah sebenar-benarnya penguasa tanah dan laut ini”.

“Pantang mundur!” teriakan itu menggema, menembus debur ombak dan deru angin.

Rakyat Toboali bertempur dengan gagah berani, seolah-olah setiap detak jantung mereka adalah alunan cinta kepada tanah air.

Mereka bergerak dengan taktik gerilya. Muncul dari balik bebatuan, menyerang dengan cepat, lalu menghilang bersama bayangan. Pergerakan itu, membuat pasukan Belanda kebingungan.

Pertempuran pun berlangsung sengit. Darah telah bercampur dengan pasir pantai. Menjadi  saksi bisu dari keberanian yang tak terukur.

Batin Pa Amien dan para pejuangnya bertempur habis-habisan, namun jumlah musuh yang terlalu banyak, memaksa mereka untuk mundur.

Ketika pertempuran mencapai puncaknya, Batin Pa Amien pun terluka parah. Dengan darah yang mengalir dilengannya, memaksa ia untuk bersembunyi di balik sebuah bongkahan batu besar.

Batu yang selalu diam dan kokoh, saat itu menjadi pelindung untuk seorang pejuang yang sedang berjuang antara hidup dan mati

Dalam kesunyian itu, ia mendengar bisikan dan merasakan kekuatan alam di sekelilingnya.

Di balik bongkahan batu, Batin Pa Amien berbisik disaksikan angin dan laut:

“Wahai Tuhanku, sang maha besar, pemilik dan pencipta alam semesta, kabulkanlah doaku! bawa semangat perjuangan ini kepada setiap sudut bumi. Mudahkanlah kami untuk meraih kemenangan, semua untuk tanah airku, untuk rakyatku, dan aku rela berkorban.”

Pasukan Belanda mencari dengan penuh amarah, menatap tajam tanpa berkedip dibawah bayang-bayang kegelapan. Namun, tak ada yang menyangka bahwa seorang pejuang perkasa sedang bersembunyi di balik batu yang sunyi itu.

Malam pun tiba, Batin Pa Amien merasakan semangatnya kembali berkobar. Ia tahu bahwa perjuangannya belum usai.

Sambil mengendap, ia pun keluar dari persembunyiannya. Disertai tekad yang semakin kuat, ia bergerak untuk melanjutkan perjuangannya. Memberanikan diri menyusuri rintangan medan yang penuh dengan bahaya dan tantangan.

Ia memimpin serangan balik dengan kejutan. Rakyat Toboali yang melihatnya dikala itu juga ikut terinspirasi oleh keberaniannya.

Mereka bangkit serentak melawan dengan semangat yang tak terbendung. Hingga perlawanan itu membuahkan hasil, membuat pasukan Belanda mundur dengan perasaan ketakutan dan kebingungan.

Tembakan yang tak terarah dari pasukan Belanda, dihalangi oleh bongkahan-bongkahan batu layaknya benteng alam. Melawan arus ketidakpastian, menghentikan peluru-peluru yang terbang liar, menjadi tembok antara kehidupan dan kehancuran.

Pasukan Belanda melangkah mundur ke kapal-kapal mereka. berjalan rapuh dengan hati yang terbakar oleh kekalahan yang mendalam.

Terdengar sorak-sorai kegembiraan Rakyat Toboali. Batin Pa Amien berdiri dengan kepala tegak dan hati yang bersyukur. Ia menghembuskan napas lega, namun tak lupa dengan para pahlawan yang gugur.

Di kejauhan, kapal-kapal Belanda berlayar pergi, meninggalkan pantai Toboali.

Setelah kejadian itu, batu besar tempat Batin Pa Amien bersembunyi menjadi monumen alami, di mana setiap orang yang datang akan merenungkan keberanian dan pengorbanannya.

Dikenal dengan sebutan Batu Belando, menjadi perisai rakyat Toboali, menjadi batu nisan dan saksi gugurnya para pasukan Belanda.

Di sana, di tepi pantai yang damai. Cerita tentang perjuangan Rakyat Toboali menjadi nyanyian abadi tentang cinta pada tanah air, dan keberanian yang tak pernah padam.

Bongkahan batu itu tetap berdiri, menjadi simbol dari keberanian yang tak terkalahkan, menjadi inspirasi bagi generasi yang akan datang.

 

Tamat.

 

Toboali, 6 Juni 2024

 

Exit mobile version