MANUSIA BABEL

Penulis adalah alumni PGAN P. Pinang sekarang Dosen Pascasarjana UM-Surby dan UIN Syahid Jakarta selain pengamat sosial ekonomi dan pendidikan keagamaan.

H. Saidun Derani

Oleh : Saidun Derani

Bekaespedia.com _ Karakter seseorang sangat menentukan keberhasilan mencapai suatu tujuan atau perjuangan. Demikianlah, pernyataan Mohammad Natsit dalam melihat sepak terjang orang perorangan atau kelompok dalam memperjuangkan keyakinan atau ideologinya membawa rakyat ke  arah yang dicita-citakan.  Timbul pertanyaan apakah yang dimaksud dengan karakter itu.

Dalam hubungan ini Kamus Umum Bahasa Indonesia mengatakan bahwa karakter adalah tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.

Prof. Asep Usman Ismail menyebutkan bahwa karakter dapat identifikasikan sebagai sifat manusia yang umumnya semi permanen karena melekat pada diri seseorang kuat dipengaruhi faktor kehidupan, seperti sifat pemarah, bijak, pemaaf, penyabar, percaya diri, berani, dan peduli.

Dengan kata lain, karakter merupakan perilaku  yang menjadi ciri khas yang ada pada diri seseorang membedakan dengan manusia lain terlihat pada saat merespon tantangan di luar dirinya. Dalam konteks inilah seseorang dikatakan bermakna ketika mampu menjawab tantangan sejarahnya, menjawab jiwa zamannya, dan menjawab tantangan psikologis, ekonomis diri dan keluarganya. Artinya, orang perorangan dapat disebut sebagai aktor sejarah karena kemampuannya mencari solusi masalah baik untuk diri dan rakyatnya. Bukan sumber masalah.

Persoalannya adalah karakter ini tidak hanya bersifat perorangan, tetapi juga menjadi milik suatu bangsa atau komunitas. Sebagai contoh sikap hara-kiri atau mengundurkan diri dari sebuah jabatan publik yang diembannya ketika dia merasa tidak mampu menjalankannya karena satu dan lain hal, seperti karakter komunal bangsa Jepang dan Korea Selatan.

Tulisan ini mencoba menginventarisir –sungguhpun tidak melalui sebuah studi yang konprehensif- karakteristik manusia Babel yang diharapkan dapat menjadi inspirasi untuk mendorong sebuah perubahan sosial dan ekonomi rakyat Babel melalui beberapa tokoh yang dianggap mewakilinya sebagai aktor sejarah pada zaman now. Berikut ini paparannya.

 Jiwa Patriotik dan Nasionalistik

Kata patriot merujuk kepada makna paham yang menyebutkan bahwa membela tanah air merupakan suatu keutamaan ketimbang hal-hal yang lain ketika tuntutan bangsa yang mengharuskannya. Lalu kata nasionalistik diartikan dengan suatu paham yang menempatkan bangsa di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya.

Demikianlah, perilaku atau perbuatan seseorang yang mengandung nilai-nilai pengorbanan melampaui batas kepentingan diri dan keluarganya di mana muara pengorbanan itu karena panggilan negara dan bangsa, maka hal-hal itu dipandang suatu sikap yang heroik. Sikap berani berkorban inilah yang menjadi kata kunci karakteristik jiwa patriotik dan nasionalistik yang melekat kuat dalam diri orang perorangan. Kisah perlawanan Depati Amir membebaskan rakyat Babel dari cengkeraman dan penindasan kolonial Belanda abad ke-19 berikut ini menjadi roll model karakteristik dimaksud.

Ideologi kolonial di mana dan kapan pun oleh bangsa mana pun selalu membayangkan jajahannya sebagai manusia yang belum beradab dan karena itu harus “dididik”. Dalam konteks dididik inilah biasanya bangsa penjajah mengeksploitasi ekonomi rakyat dan menggerus harga diri rakyat jajahan sampai pada tingkat yang merendahkan harga diri dan martabat sebagai hamba Tuhan yang terhormat.

Kisah bangsa Indonesia adalah sebuah drama penderitaan kemanusiaan yang panjang dari pra kemerdekaan sampai sekarang zaman reformasi yang sering diplesetkan teman-teman mahasiswa di kampus dengan istilah “zaman repot nasi”.

Kehadiran Depati Amir (w. 1869 M  ARSIP Belanda dalam pengasingan di Kupang NTT) sebagai pembebas rakyat Babel dimulai ketika penderitaan yang luar biasa dirasakan rakyat akibat kebijakan politik kolonial Belanda yang bersifat diskriminatif dan ekploitatif mendorong rakyat bangkit melawan mengangkat senjata. Dalam konteks ini Brinton menyebutkan bahwa pada saat semua saluran aspirasi rakyat disumbat  maka akan melahirkan sebuah revolusi sosial di mana seluruh elemen rakyat bersatu tanpa mengenal agama dan etnis dari mana pun mereka berasal.

Dalam konteks inilah memaknai kepahlawanan Depati Amir membebaskan rakyat Babel dari tirani imperialism dan kolonialism.  Hal ini juga terbukti bagaimana etnis Tionghoa, kaum lanun, kelas menengah pribumi, tokoh adat dan agama menggabungkan diri dalam pasukan Depati Amir mengangkat senjata melawan penjajah Belanda.

Demikianlah, ketika rasa ketidakpusaan rakyat terhadap penguasa melampui batas kemanusiaan yang normal, maka terjadilah perlawanan seperti banjir bandang yang tidak bisa dibendung lagi.

Akan tetapi persoalannya adalah perlawanan rakyat membebaskan diri dari struktur kolonial dan feodalisme (budaya feodalisme diartikan dengan kecendrungan kelompok masyarakat tertentu yang menempatkan kelasnya pada posisi leading yang melahirkan dan mengarahkan gerak perubahan masyarakat ke arah yang “dibayangkan” kelas tertentu itu. Dan arahan itu cendrung bersifat otoriter dan merendahkan) sering disalahartikan dengan kata “pemberontakan”.

Historiogarafi (penulisan Sejarah) versi kolonial semacam ini masih ditemukan dalam buku-buku sejarah yang menjadi acuan peserta didik rakyat di bumi Indonesia. Contoh sederhana adalah investasi dalam hal tambang dan gas bumi di Indonesia. Tentu masih banyak lagi contoh-contoh lain untuk dikritisi secara cerdas terkait eksploitasi ekonomi dan kemanusiaan di Indonesia sekarang.

Kisah perjuangan Depati Amir  menyadarkan jagat raya pertiwi bahwa Bumi Serumpun Sebalai menyumbangkan manusia Indonesia dengan jiwa dan semangat patriotik yang berujung kepada Indonesia merdeka berdaulat lepas dari kolonialisme.

Jiwa dan semangat patriotik Depati Amir inilah menjadi inspirasi generasi muda bangsa Indonesaia sekarang wabil khusus generasi muda Babel  untuk melepaskan diri dari imprialisme modern terutama kedaulatan bidang ekonomi bangsa yang masih mencenkram Nusantara. Jayalah Depati Amir bahwa anak cucu Datuk berjanji akan meneruskan perjuangan yang telah diletakkan pondasinya dua setengah abad yang lalu.

Pebisnis dan Berjiwa Entrepreneurship

Chandra Lie adalah salah satu putra Babel, kelahiran Pangkal Pinang, yang berhasil dijagat niaga yang berjiwa entreprenuership. Kata-katanya yang fenomenal dan sudah seharusnya diikuti pengusaha muda Babel bahkan pengusaha nasional adalah kami telah membeli empat pesawat dan satu simulator. Investasinya US $ 2 juta. Semua itu akan dibangun di Pangkal Pinang demi kejayaan Bangka Belitung. Investasi sosial pendidikan tentu mengharumkan buat Negeri Serempun Sebalai, selain meningkatkan masyarakat Negeri Lasykar Pelangi, tegasnya.

Naluri bisnisnya dikembangkan melalui usaha distributor jins merk Leone Utomo untuk wilayah Pangkal Pinang. Lalu berlanjut dengan mendirikan perusahaan agen perjalanan  bernama Rajawali Tour & Travel.

Melihat jiwa entreprenership pada sang adik, akhirnya kakaknya Hendri Lie memberi modal untuk memulai usaha “mitra terbang”. Dari sinilah kerajaan bisnis Chandra Lie menggurita, sehingga President Director maskapai penerbangan Sriwijaya Air ini dinobatkan Majalah Globe Asia tahun 2009 sebagai orang kaya Indonesia peringkat ke-72 dengan nilai kekayaan US $ 185 juta.

Dengan posisinya yang demikian itu, apa yang dikatakan pemilik 3.000 orang karyawan ini. Coba simak dan perhatikan dengan hati yang bening wahai putra Babel:

“Saya tidak berharap diposisikan dalam perankingan seperti itu. Namun kita menghormati Globe Asia Magazine. Semoga saja peringkat semacam itu memotivasi kita semua  untuk tetap bekerja keras, setia membayar pajak dan selalu melayani pelanggan kita demi perusahaan dan demi kejayaan Negeri Serumpun Sebalai”.

Rendah hati kata yang pas disemamatkan kepada Chandra Lie. Luar biasa sekali karakteristik manusia Babel telah menyumbangkan putra terbaiknya dalam entreprenuership untuk bangsa ini. Perhatikan kata-kata “Demi Kejayaan Negeri Serumpum Sebalai”, yang diulang sampai dua kali. Beliau berkeyakinan, bahwa kejayaan bangsa Indonesia secara keseluruhan berawal dari kemajuan ekonomi daerahnya.

Kemampuan Diplomasi (Politisi)

Seni berpolitik adalah kemampuan memperjuangkan ideologi dan bagaimana menetapkan strategi mencapainya sehingga berhasil, kata Prof. Deliar Noer salah satu pakar teoritisi politik yang dimiliki bangsa ini. Dengan kata lain, seseorang dikatakan sebagai politisi mumpuni kata kuncinya pada memperjuangkan berlakunya ide-ide yang menjadi keyakinannya untuk kemudian diikuti publik.

Demikianlah dalam konteks ini, putra Babel telah menyumbangkan karakteristik komunal bangsa Indonesia yang diwakili Dipa Nusantara Aidit yang biasa dalam buku Sejarah Nasional Indonesia disingkat DN Aidit (w. 1965) dan Prof. Yusril Ihza Mahendra (lahir 1956 M), mantan Menteri Menkumham era Presiden Magawati Soekarno Putri dan Mensesneg era Presiden ketujuh RI Soesilo Bambang Yudoyono. Keduanya adalah putra fajar kelahiran Belitong.

DN Aidit pasca kemerdekaan terutama periode Demokrasi Terpimpin (tahun 1959-1965 M) kehadirannya di pentas nasional ikut menentukan perjalanan bangsa ini terlepas dari ideology yang diperjuangkan. Kemampuan manajemen politiknya diakui Soekarno di mana pada  hasil Pemilu tahun 1955 DN Aidit tidak dikutsertakan dalam Kabinet Pemerintahan menyebabkan  Soekarno marah besar. Dan kemarahan itu berpuncak pada dikeluarkan SK pembubaran partai Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.

Belum lagi kemampuan DN Aidit menyatukan dua bangsa besar di dunia Uni Soviet dan Negara Tirai Bambu yang tadinya bertikai kemudian bersatu padu menghadapi dunia Barat sampai sekarang, terutama kebersatuan itu tampak nyata di PBB. Semua ini merupakan jasa besar dan kemampuan beliau dalam diplomasi yang merupakan salah satu karekteristik manusia Babel.

Lihat produk keberhasilan Prof. Yusril Ihza Mahendra sejak mulai duduk di bangku kuliah UI seorang anak kampung menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Dewan Mahasiswa. Lalu berlanjut terjun ke dunia politik praktis  yang indikasinya beliau memegang tampuk salah satu orsospol di Indonesia selain pengakuan bangsa ini kepada kemampuan akademis dan manajemen politiknya dengan memberi kepercayaan sebagai Menteri Hukum dan HAM dan Menteri Sekretariat Negara.

Keberhasilan monumental Yusril sebagai karakteristik manusia Babel yang dirasakan langsung rakyat Babel adalah bagaimana kemampuan lobinya yang berhasil meloloskan Babel menjadi Provinsi Kepualauan Bangka Belitung Negeri Serumpun Sebalai. Bukankah lahirnya putra-putri Babel menjadi elit pemimmpin daerahnya buah  kerja Natsir muda ini.

Dan barangkali yang jarang diketahui bangsa ini adalah bagaimana putra Babel ini mampu meyakinkan Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri secara suka rela meletakkan

jabatannya tahun 1998 sehingga bangsa Indonesia terhindar dari perang saudara yang berdarah-darah seperti terjadi pada bangsa lain.

Demikinlah, DN Aidit dan Prof. Yusril Ihza Mahendra tipologi manusia Babel yang telah menyumbangkan untuk bangsanya sehingga memberi kebanggaan bagi generasi muda Babel untuk berkiprah di dunia politik dan diplomasi di Tingkat nasional dan international terlepas dari plus minusnya di mata sejarawan dan manusia sejagat tentang mereka.

Memiliki Jiwa dan Kemanusiaan Universal

Lihat putra Babel satu ini yang dikenal dengan Manusia Laskar Pelangi, Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun namanya lebih populer dengan nama Andrea Hirata (lahir 1967).

Lahir dan dibesarkan di Gantung, Belitong Timur, beliau telah menjadi menusia yang mondial mendunia. Melalui karya-karyanya, Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Sebelas Patriot (2011) Laskar Pelangi Song Book (2012), dan Ayah (2015)  yang diterjemahkan ke bahasa internasional beliau menyapa dunia.

Pesan-pesan yang terkandung dalam karyanya telah menginspirasi berjuta-juta anak manusia khususnya di Afrika dan Amerika Latin berlainan bangsa serta keyakinan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dari yang terpendam menjadi terangkat menjadi manusia yang normal.

Jadilah Andrea Hirata duta kemanusiaan yang universal diindikasikan beliau mendapatkan penghargaan Buch Award Jerman (2013), Festival Buku new York (2013), dan Doktor HC dari Universitas Warwick (2015).

Demikianlah, manusia Babel yang satu ini mewakili karakteristik manusia Indonesia yang cinta kemanusian yang terlihat dalam karya-karya novelnya sebagai seorang seniman dan sastrawan.

Memiliki Jiwa Keulamaan

Barangkali Syaikh Abdurahaman Siddiq (w. 1939), Syaikh Mas’ud, Syaikh Muchtar Yasin, dan KH. Hormen barangkali dapat mewakili karakteristik manusia Babel yang berjiwa keulamaan.

Kata kunci keulamaan adalah melindungi, menjaga, dan mencerahkan umatnya. Dengan kata lain, ulama adalah tempat masyarakat bertanya yang berorientasi ukhrawi dan partner penguasa dunia dalam mengelola rakyatnya. Bukan sebalikanya ulama ditempatkan sebagai “pemadam kebakaran” ketika terjadi amuk masyarakat.

Syaikh Abdurahman Siddiq keulamaannya terpatri dalam nama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN sekarang menjadi SAS IAIN Babel) sebagai penghargaan di mana beliau menyampaikan  ajaran Islam kepada rakyat Babel. Lalu Syaikh Mas’ud dapat terlihat dari murid-murid yang ditinggalkannya, seperti Muallim Idris, KH Ahmad Kisai, dan barangkali KH. Ahmad, Imam Masjid Jami’ Pangkal Pinang. Sedangkan Syaikh Muchtar Yasin di mana penulis sendiri adalah santrinya ketika masih studi di Pangkal Pinang Babel menguasai ilmu-ilmu keislaman sangat mumpuni mukim di Haramain selama 20 tahun.

K.H Hormen menyampaikan ajaran Islam dari kampung ke kampung sehingga masyarakat Selan dan seterusnya yang tadinya tidak mengenal makna Tauhid kemudian berubah menjadi manusia yang tahu menghargai arti silarurahmi dan bersikap tolerance dalam perbedaan antar internal umat Islam dan antar umat beragama.

Mereka inilah antara lain telah meletakkan dasar-dasar keimanan rakyat Babel sehingga menjadi manusia yang bermoral dan beretika serta tahu arti sebuah tanggung jawab, tahu arti accountabilitas, tahu makna manusia berkredibelitas dan mengerti pula menjadi manusia yang berintegritas.

Friendly dan Terbuka

Kata friendly merujuk kepada makna kuat kecendrungan untuk guyub, untuk berteman yang terlihat pada keseharian orang-orang Babel yang “senang bekisah”. Tradisi ini mengindikasikan bahwa manusia Babel dalam sikap keseharian  dalam pertemanan “mengalah” untuk menjaga keguyuban itu.

Dalam konteks inilah sebenarnya memaknai sikap orang-orang Babel mengapa berperilaku dan terbuka mengatakan “dak kawa nyusah”.  Dalam konteks ini pula kita memahami mengapa orang-orang Babel akan “melawan” kalau mereka memandang perilaku  dalam pertemanan itu dirasakan menohok keadilan dirinya.

Salah satu karakteristik orang-orang Babel menurut Panglima Datuk Johan Murod, seorang putra Babel, yang mewakili perilaku karakter ini yang terlihat dalam perjalanan hidupnya. Dan itu diamini para datuk yang ada di Babel dalam seminar nasional “Pahlawan Nasional Depati Amir” di Pk. Pinang Bangbel Sabtu, 29 Oktober 2016.

Demikianlah,  sejauh ini telah terinventarisir enam karekteristik manusia Babel melalui tokoh-tokoh yang penulis sebutkan di muka yang secara individual  memberi sumbangan yang sangat berarti bagi bangsa dan negara bahkan dunia. Silakan penulis yang lain menambah karakteristik yang lain yang dipandang belum tarcover dengan baik.

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana karakteristik itu tadi menjadi milik komunal rakyat Babel secara keseluruhan sebagaimana penulis contohkan karakteristik komunal bangsa Jepang dan Korea Selatan.

Pertanyaan kedua adalah bagaimana menanamkan karaktersitik Manusia Babel itu tadi menjadi milik rakyat Indonesia sebagai investasi bangsa menghadapi perkembangan dunia sekarang supaya menjadi bangsa yang berdaulat bidang ekonomi dan politik. Barangkali diperlukan sebuah studi yang konprehensif untuk menjawab masalah ini.

Exit mobile version