Oleh : Meilanto
Berdasarkan Opgenomen door den Topograglfischen Dienst in 1933 DD 29,65 yang diproduksi tahun 1935 memuat topografi Kota Mentok. Dalam peta tersebut terlihat ada lima masjid yaitu satu di Kampung Tanjung, dua di Kampung Pemoehoen, satu di Kampung Telukkrubiah, dan satu di Kampung Keranggan.
Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang masjid Jami’ Mentok.
Masjid berada di sisi barat Sungai Muntok, bertetangga dengan Chineesche tempel di sebelah selatan. Di antaranya keduanya dipisahkan oleh Niet verharde weg in alle moessons (jalan tidak beraspal). Tidak jauh dari depan masjid terlihat ada dua duiker of doorlaat van steen (gorong-gorong terbuat dari batu). Belakang masjid terdapat TPU.

Sumber : Collection Leiden university
Sejarah perkembangan Masjid Jami’ Mentok ini sebagaimana ditulis oleh Muhammad Ferhad Irvan dalam Kapita Selekta Penulisan Sejarah Lokal 2018 dituliskan bahwa, “Mesigit yang dimaksud adalah Masjid Jami’ Mentok. Bangunan Mesigit in merupakan bangunan permanen yang terbuat dari batu bata (stennen gebouwen).
Abang Muhammad Ali Temenggung Kartanegara II memprakarsai pembangunan Masjid batu di Kota Mentok. Pada 19 Muharram 1298 atau 21 Desember 1880 Tumenggung Kartanegara II memanggil Demang. Jaksa, Penghulu, batin, Haji-haji, Alim Ulama, para kepala kampung untuk bermusyawarah pada rencana pembangunan Masjid di Mentok di rumahnya di Kampung Pekauman Dalam.
Tempat yang berdirinya masjid telah disediakan Temenggung. Yaitu sebidang tanah di kampung Pekauman Dalam di sebelahan Kelenteng Cina yang berbatasan dengan jalan tanah menunju pekuburan bangsawan melayu di dalam benteng kute seribu. Tanah tersebut termasuk ulayat Rangga dan Temenggung terdahulu yang dalam pengusaan Abang Mahyiddin cucu Temenggung Kertamanggala.
Abang Muhammad Ali bersama H.M. Nuh, H.Ya’kub, H. Ilyas dan H. Odoh tercatat sebagai orang yang menyumbangkan sebagian hartanya untuk membangun masjid ini. Demang dan batin memanggil dua puluh tiga kepala kampung yang ada di distrik Muntok untuk mengerahkan tenaga sukarela. Batu diambil dari tanjung Batubetumpak oleh tenaga kerja sukarela dari Menjelang. Kemangmasam dan Airputih yang diangkut dengan perahu cenia oleh keluarga-keluarga orang Bawean (Boyan) yang tinggal di Kampung Tanjung Laut. Kayu-kayuan ditebang dan di angkut dari Rimba Bulin oleh penduduk sekitarnya yang dipimpin Demang Terentang, Batin Kelapa dan Datuk Yahya dari Berang dan Ibul.
Empat puntung tiang bulin di tengah masjid adalah sumbangan dari Mayor Tjoeng A Tiam. Perigi digali atas petunjuk ahli pencari mata air yang datang dari Tiongkok yang bekerja pada Mayor. Lantai batu pualam di masjid ini adalah marmer Carrara yang diimpor dari Italia. Lantai ini sama dengan lantai di rumah Resident Bangka Belitung di Hoofdplaats dan rumah Mayor Tjoeng A Tiam. Masjid ini diresmikan pada 19 Muharram 1300 atau pada 30 November 1882 dan secara aklamasi diberi nama Masjid Jami’ Mentok”. (BP)*
11 Ramadan 1446 H
11 Maret 2025 M.