Opini  

Mungkinkah Era Nicholas Engelhard Akan Terulang Kembali?

Nicholas Engelhard adalah petinggi Belanda yang memangku jabatan sebagai Gubernur Pantai Tmur pada tahun 1825.

Ilustrasi ( Sumber : SUARA KRITING)

Oleh : Rusmin Sopian

Bekaespedia.com _ Nicholas Engelhard? Siapa dia?. Nicholas Engelhard adalah petinggi Belanda yang memangku jabatan sebagai Gubernur Pantai Tmur pada tahun 1825.

Saat mengemban amanah sebagai Gubernur, Engelhard menjadikan upeti sebagai elemen bagi kaum pribumi yang ingin naik pangkat dan jabatan. Banyak pendapat yang menyatakan era itu seakan menjadi embrio era lahirnya petinggi negeri yang menyalahkangunakan kewenangan secara masif.

Kita juga amat mengenal sejarah kebangrutan Vereenidge Oostindische Compagnie atau yang lazim dikenal dengan nama VOC.

Kongsi dagang yang berasal dari negeri Belanda ini banyak mewarnai sejarah panjang birokrasi politik di Indonesia.
Sebelum gulung tikar, perusahaan ini pernah tercatat sebagai perusahaan multinasional pertama dan terkaya sedunia.
Pada akhirnya di abad ke-18, perusahaan ini resmi ditutup.

Permasalahan internal yang dialami oleh VOC juga menjadi faktor utama bangkrutnya perusahan besar ini. Permasalahan kardinalnya adalah korupsi yang dilakukan oleh pegawai VOC sudah menjalar di berbagai lini.

Korupsi tidak hanya dilakukan oleh pegawai dengan posisi strategis saja, melainkan oleh hampir seluruh pegawai VOC.

Narasi diatas mengambarkan kepada kita bagaimana kalau seorang pejabat publik yang tidak memiliki integritas yang kuat terhadap publik daerahnya dan perilaku yang hedonis, bukan hanya membuat suatu daerah tak maju dan menyusahkan rakyat yang dipimpinnya, bukan tak mungkin akan membuat suatu daerah yang dipimpinnya bangkrut.

Apalagi secara genetika, pejabat tersebut bukan berasal dari daerah itu dan tidak memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap suatu daerah yang dipimpin dan bukan tidak mungkin perilaku “ Aji Mumpung “ diaplikasikan pejabat publik tersebut.

Pada sisi lain, tidak semua yang dilakukan warga negara asing tidak memberi manfaat bagi penduduk negeri ini.

Politik etis yang dipelopori oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus) telah menelurkan berbagai program untuk Indonesia dari Belanda.

Politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat berperan dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan pengajaran di Hindia Belanda. Tak terkeculai Indonesia.

Salah seorang dari kelompok etis yang sangat berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon (1852-1925), seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905).

Sejak tahun 1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa yang hampir merata di daerah-daerah.

Pertanyaannya, apakah ada warganegara asing yang berlakon bak Eduard Douwes Dekker? Asisten Residen Lebak era 1856 yang sangat getol dalam membela rakyat kecil dan memperjuangkan hak-hak kaum miskin?

Jangan-jangan perilaku purba yang pernah diaksikan Engelhard dan para petinggi VOC ratusan tahun silam kembali terulang?

Waktulah yang menjawabnya. Wallahualam Bishawab.

Toboali, 1 Mei 2023. (D.E.M)

 

Exit mobile version