Penulis : Yoelch Chaidir
Sayup sayup angin menghembus diiring gerimis malam saat purnama mulai bertahta. Lolongan anjing-anjing liar menambah suasana mencekam malam itu. Dengan baju yang telah basah didera sang gerimis, Mang Murek mempercepat langkah kakinya memasuki area pemakaman yang terletak di persimpangan tiga membatasi wilayah dua perkampungan.
Dengan meratap lewat kata-kata yang biasa Mang Murek lakukan lalu Mang Murek berbalik meninggalkan pemakaman dengan rasa lega telah menyelesaikan tugasnya karena beberapa hari ini setiap malam menjelang saat azan maghrib berkumandang Mang Murek selalu di datangi sesosok pocong dengan kain kafan berlumur tanah dan darah.
Dengan menggunakan jari kelingking yang dikaitkan pada kain kafan, Mang Murek menggandeng sosok pocong yang sudah bergentayangan semenjak seminggu yang lalu hingga pada waktu yang tepat.
Di malam Jum’at Mang Murek mengantarkan pocong ke pemakaman sebagai seseorang yang sudah terbiasa mengantarkan sosok pocong hingga kampung tersebut menjadi tenang kembali.
Di kisahkan saat penulis masih bermukim pada satu desa di wilayah Kecamatan tukak Sadai, jarak rumah penulis dengan Mang Murek tidak lebih dari 100 meter dan memang diketahui bahwa Mang Murek yang berpenampilan biasa-biasa saja sering melakukan hal tersebut.
Apapun yang diceritakan oleh orang orang tentang pocong (Antu Bangkit) maka saat Mang Murek mengatakan bahwa tidak ada pocong atau yang bangkit dari kubur yang bergentayangan maka sudah dipastikan tidak ada sebab jika ada yang mati bangkit sudah tentu akan menemui beliau untuk diantarkan ke tempat yang selayaknya yaitu perkuburan.
Entah dari mana asal-usul hingga Mang Murek selalu didatangi pocong untuk di antarkan ke tempat yang layak hingga beliau menghembuskan nafas terakhir beberapa tahun silam beliau tidak pernah bercerita dan bungkam tentang hal itu sebab niatnya hanyalah membantu sang pocong dan membuat warga tenang kembali.
Setiap manusia telah diberikan kelebihan masing-masing oleh sang Pencipta hingga untuk melihat bentuk dan rupa pocong atau Antu Bangkit tidak semua indra penglihatan manusia mampu menembus rupa dan bentuk yang sesungguhnya.
Jika Allah berkehendak tiada sulit bagi-Nya untuk membuka mata bathin seseorang hingga mampu untuk melakukan hal-hal di luar nalar dan pikiran manusia.
Walahualam bissawaf,Apa yang terjadi tak lepas dari kuasa Allah SWT sebagai pencipta Alam semesta beserta isinya begitu pula apa pun kehendak Nya pasti terjadi atas izin-Nya. (BP)*