Sastra  

PERTEMPURAN TOBOALI, 1812 MASEHI

BAB II

Ilustrasi_https://images.app.goo.gl/eYhB8xbMcToAfHyH7

Oleh : Dwikki Ogi Dhaswara

Bekaespedia.com_Bumi Toboali, menutup pintu dominasi yang gelap, dan langkah-langkah kekuasaan Inggris yang berusaha mengincar, merayap, merampas dan menguras kekayaan di selatan Tanah Bangka.

Monopoli perdagangan Timah dan blokade terhadap perairan Selat Bangka disudahi sementara, setelah tewasnya Inspektur Inggris di Stockade of Tooboo-alie bernama Brown dalam pertempuran di Benteng Toboali, Mei 1812.

Di bawah langit abadi, Rakyat Toboali bangkit memegang kekuatan tanah mereka, menegakkan bendera kebebasan sebagai simbol persatuan. Bagi rakyat setempat, itu adalah kemenangan yang menandai keberanian dan kejayaan, sebuah perlawanan yang tak terlupakan.

Disisi lain, pemerintah Inggris tidak tinggal diam, laporan yang disampaikan langsung oleh ajudan Brown yang bertugas sebagai penerjemah bahasa bersama beberapa pasukan Inggris yang selamat dari pertempuran Toboali, membuat Residen Inggris yang berada di Minto murka.

Laporan-laporan yang selama ini mereka terima dari Mr. Brown, mengabarkan keluhan dan kekesalan, bahwa distriknya tidak lagi produktif karena sikap penentangan dari Raden Kling bersama Rakyat Toboali.

Kecerdikan Raden Kling membuat Mr.Brown sulit mengontrol dan mengatur Toobooalie. Kewibawaannya terpatri dalam tindakan dan keputusan. Bukan sekadar jabatan atau gelar yang dikenakan, tetapi integritas dan kejujuran yang menjadi mahkotanya.

Kekesalan Residen Inggris di Minto berkobar layak api yang melanda. Kekesalan ini tak terucap dalam kata, namun terasa di setiap hembusan nafas. Seperti badai yang memburu di ufuk barat, menggema, tak kunjung terhapus.

“Write and tells (them), Raden Kling is a traitor, The leader of bad indigenous,”. Said the Headmaster of British Resident, while his body shaking and holding his arm in anger.

“Tells _(them)_!! Toobooallie and Billiton was defending the piracy and robbery. Raden Kling was the mastermind who smuggling all of tins in Toobooallie (Toboali) to Billiton Island (Belitung), I’m really confident to say, all of this was related to Raden Kling and Duppattie of Billiton”.  His yells with banging his hand on the table.

(Depati Belitung, K.A Hatam, on his title Depati Tjakraningrat VII).

Translator : Nur Hikmah Amalia

“Tulis dan beritakanlah! bahwa Raden Kling adalah pengkhianat, kepala pribumi yang jahat,”. Ujar Kepala Residen Inggris dengan badan gemetar dan kedua tangannya yang mengepal menahan amarah.

“Beritakan juga! bahwa Toobooallie dan Biliton adalah daerah yang melindungi pembajakan dan perampokan. Raden Kling adalah dalang utama yang menyelundupkan semua Timah di Toobooallie (Toboali) ke pulau Billiton (Belitung), aku sangat yakin semua ini ada hubungannya antara Raden Kling dengan Dupattie Billiton”. Sambutnya sambil menghentakan kedua tangannya ke meja.

(Depati Belitung, K.A. Hatam, bergelar Depati Tjakraningrat VII).

Langit di Minto yang seharusnya biru cerah, hari itu dipenuhi awan hitam berkelabat. Matahari yang redup, bersahutan dengan mendung, seiring getirnya hati, murka memenuhi benak.

Pada waktu yang sama di Toboali, Raden Kling bersama Rakyat Toboali berjaga-jaga disekeling Benteng Toboali. Dalam waspadanya, daun-daun berbisik pelan, kepekaan terjaga, dalam pandangan yang tajam.

Seseorang pasukan setia Raden Kling kembali menghampiri Raden Kling untuk kembali bercakap-cakap di hari itu.

“Apakah tuan lelah?”. Tanya Pasukan itu.

“Di dunia yang berputar, seperti roda yang tak henti, tiada kata lelah di sini. Kita sedang menembus gelap, meraba kegelapan yang tak berujung, teruslah berjalan atau kita akan tinggal di kegelapan yang abadi!”. Jawab Raden Kling sambil tersenyum.

“Baiklah tuan!”. Sambut Pasukan.

Dari kejauhan, datanglah Raden Ali bersama pasukannya setelah mengabarkan kemenangan pertempuran Toboali kepada Raden Sa’bah di Benteng Nyire.

Dalam debur waktu yang berlalu, kepulangan Raden Ali membawa semangat dan keberanian yang teruji. Disambut dan disaksikan langsung oleh Raden Kling dan Rakyat Toboali. Kisah pertemuannya dengan Raden Sa’bah diceritakan dengan mata berseri.

Kebahagiaan Raden Kling di hari itu terselimut makna yang mendalam, menghadirkan rindu, kelegaan dan kedamaian atas kepulangan anaknya yang juga membawa kabar baik sahabatnya Raden Sa’bah.

Di pelukan senja yang melingkupi langit, dibalik kerinduan yang tak terucap, mereka kembali bercakap-cakap dengan rasa bahagia membahas gambaran kedepannya.

“Ayahku, sungguh perasaanku dipenuhi dengan kewaspadaan, apakah Ayah juga merasakan demikian, tentang apa yang sedang direncanakan oleh Inggris dalam waktu dekat ini?”. Tanya Raden Ali.

“Musuh bisa menyelinap kapan saja tanpa jejak, namun kewaspadaan membangunkan sang penjaga. Yang telah terjadi, memberikan kita peringatan tentang ancaman yang mendekat. Teruslah waspada, karena rencana mereka pastinya tidak jauh dari kepicikan dan hasut. Hanya dengan persatuan bersama Rakyat Toboali kita bisa menyingkap rencana Inggris yang tersembunyi!”. Jawab Raden Kling.

“Sudah beberapa kali aku dipanggil ke Minto untuk diambil sumpah setia kepada kekuasaan Inggris, hanyalah pecundang bagiku untuk takluk dan tunduk kepada kekuasaan Inggris. Kita adalah pejuang ditanah ini, takkan tunduk pada tirani mereka bangsa asing. Kita merdeka!”. Jelas Raden Kling bersuara lantang.

“Baiklah, hatiku merasakan kelegaan, merayakan kehadiran damai, namun tetap dengan kewaspadaan!”. Ujar Raden Ali dengan tersenyum.

 

Bersambung.

15 November 2023

Exit mobile version