Sastra  

PERTEMPURAN TOBOALI, RADEN KELING (BELITONG)

BAB VI

Ilustrasi_ https://images.app.goo.gl/BSgBa2fKmAjBnKGg6_ Vintage illustration of Battleship of the Royal Navy, 18th Century warships, Sailing ship

Oleh: Dwikki Ogi Dhaswara

 

Bekaespedia.com_Seruan ombak yang megah menjadi musik alam, mengiringi laju kapal yang menembus gelombang, menjadi sumber inspirasi dan kekuatan. Ombak bergulung-gulung di lautan yang luas, seakan menyampaikan pesan dari masa lalu. Dalam deru gemuruhnya tersemat kekuatan, memanggil para pejuang untuk berperang dengan tegar.

Di ruang rapat yang tenang dan terang, para pemimpin berkumpul di dalam satu kapal besar. Raden Keling, Panglima Daleem, Rajah Jeena, Rajah Mahommed, Penglima Etam, dan Penglima Ibang ditemani oleh satu orang pengawal mereka masing-masing yang berdiri tegak dibelakangnya.

Mereka duduk di sekeliling meja bulat. Raden Ali yang menemani Raden Keling pada saat itu membentangkan peta dan catatan yang tersebar di atasnya. Dengan tatapan mata yang tajam, mereka mengamati medan perang dan posisi musuh, bersiap membuat perencanaan yang matang dan teliti.

Sebelum Raden Keling memulai bicara, Panglima Daleem menghentakan pedangnya ke lantai kapal.

“Daarrghh…!”. Suara hentakan pedang.

“Wahai Raden Keling, ini kedua kalinya aku membantumu, dua tahun yang lalu aku bersama kepala perompak lainnya menjadi tawananmu, kau memaksa kami untuk membantumu mengalahkan Raja dari Siak, dengan imbalan harta rampasan perang. Banyak juga yang gugur dan terluka pada saat itu. Sekarang aku mau tahu apa rencanamu, aku tidak mau lagi pengikutku ada yang gugur pada perang ini. Aku berharap besar padamu, tapi jangan pernah kau jadikan kami sebagai alat dan umpan untuk memenangkan perang ini. Kami tidak mengharap imbalan, yang ada hanyalah perjuangan demi harga diri kami sebagai manusia yang ingin hidup merdeka.!” Ucap Panglima Daleem dengan tegas.

“Semuanya sudah aku persiapkan, aku bersama anakku dan pengikutku Rakyat Toboali sudah bersiap dengan semua itu. Peristiwa ini akan menjadi catatan sejarah untuk anak dan cucu kita nanti, jangan ada keraguan diantara kita, karna yang kita hadapi ini adalah pasukan Inggris dan tentara bayarannya dari Siak!”. Jawab Raden Keling dengan sorotan matanya yang tajam.

Semua yang berada didalam ruangan terdiam mendengar percakapan itu. Deru angin dan seruan ombak yang masuk dari jendela kapal, seperti serunai perang yang gemuruh diantara kesunyian. Menggetarkan jiwa yang tegang, terselip kekuatan yang tak terkalahkan.

Raden Keling mulai berdiri untuk membahas strategi. Suasananya berubah seperti ritual yang penuh dengan tuah. Aura Raden Keling bak pemimpin yang tegas dan bijaksana, suaranya yang lantang dalam menyampaikan taktik perangnya meneguhkan tekad bagi para pedengar diruangan itu.

“Aku sudah menyiapkan mata-mata untuk menyusupi Belitong dengan perahu kecil. Mereka akan menyamar menjadi rakyat Belitong, tak perlu diragukan, dalam berbahasa dan berbudaya mereka sudah menguasainya. Mereka akan mengawasi pergerakan di markas musuh.”. Ucap Raden Keling sambil melirik ke sekeliling ruangan itu.

“Sudah hampir tiga puluh hari aku tegar dilautan, hingga berhasil mengajak kalian bergabung. Aku sudah mengihitung jarak dan waktu untuk bisa menjalankan strategi ini.” Sambutnya kembali sambil menggenggam erat tongkat komandonya.

“Jumlah pasukan kita sangatlah banyak, kita bagi menjadi empat pasukan tempur. Pasukan pertama akan dipimpin oleh Raden Ali, Pasukan kedua dipimpin oleh Raja Jeena dibantu Panglima Ibang, dan Pasukan ketiga akan dipimpin oleh Rajah Mohammed dibantu oleh Panglima Etam, dan Pasukan Keempat dipimpin oleh Panglima Daleem dan aku sendiri yang akan membantunya.”. Ucapnya sambil menatap satu persatu mata para pemimpin.

“Yang akan menjadi umpan kali ini adalah anakku sendiri, Raden Ali!. Dan sebentar lagi kita akan memasuki perairan Pulau Leat. Kita hanya membutuhkan waktu tiga hari untuk mengepung mereka”. Serunya.

“Siasat seperti apa ini, wahai Raden?. Tanya Rajah Mohammed dengan perasaan bingungnya.

“Sungguh sangat beresiko, yang ada kami akan tenggelam apabila rencanamu hanyalah seumpama kapas”. Sambut Panglima Etam.

“Tak perlu kalian khawatirkan! Seperti yang sudah saya utarakan diawalnya. Pengikutku sudah sampai dibeberapa titik tempur disana.!”. Jawab Raden Keling dengan suara lantangnya.

Suasana kembali terdiam, setiap mata terfokus, setiap telinga terbuka lebar mendengar ucapan itu.

“Bagaimana bisa, sejak kapan engkau mengirim mereka?”. Tanya Panglima Daleem dengan penuh keheranan.

“Sejak engkau menyetujui bahwa kita bergabung!”. Sambut Raden Keling.

“Sejak itu pula aku mengirimkan pengikutku ke beberapa tempat yang ada disana. Sejatinya mereka adalah orang-orang pilihan dari Raden Ali. Mereka adalah rakyat Lepar. Dimana laut adalah rumah mereka. Mereka menyamar menjadi nelayan khalayaknya Rakyat Belitong. Merekalah yang akan membersikan mata-mata dipintu masuk perbatasan Bangka dan Belitong. Raden Ali akan menerobos melalui pintu masuk dari pulau-pulau sekitarnya. Sampai menunggu berita tentang dimana keberadaan musuh.”. Ucap Raden Keling dengan tegas.

“Bagaimana jika penyamaran mereka gagal?”. Tanya Panglima Daleem dengan suara lantang.

“Mereka sangatlah terlatih, sebagaimana Rakyat Toboali dengan taktik perangnya di daratan, begitu pula Rakyat Lepar. Yang menerobos ke pulau-pulau itu hanyalah beberapa orang, sedangkan yang lainnya tetap berada dilaut memantau dari kejauhan, taktik perang inilah yang dinamakan Hantu Laut !”. Jawab Raden Keling dengan tersenyum.

“Pantas Toboali dan Lepar sulit untuk ditaklukkan, ternyata ada sang meriam penghancur dibelakangnya. Dari dulu kau sudah membuat kami takut!”. Sambut Panglima Daleem.

“Lantas, apa yang akan kita lakukan?”. Tanya Panglima Ibang.

“Musuh tak akan mungkin bermarkas jauh dari laut. Ada dua pelabuhan tanjung disana. Ingat..!, kita hanya ada waktu tiga hari untuk memulainya. Mereka tidak akan jauh dari tempat itu. Engkau dan Rajah Jeena akan masuk melalui pantai utara Belitong, sedangkan Rajah Mohammed dan Panglima Etam masuk melalui pantai selatan, Panglima Daleem dan Aku akan masuk ditengah-tengah pertempuran Raden Ali. Pertempuran ini akan diawali oleh Raden Ali. Selain dia, jangan ada yang memulainya. Keberhasilan ini juga ada pada kalian”. Jawab Raden Keling sambil menghentakan tongkat komandonya diatas meja.

 

Bersambung

1 April 2024

Exit mobile version