Puisi Mamuk SPMA 

Rinai

Hujan siang siang Dinda

Menebar anugerah dari Sang Khalik

Memuji atau menggerutu dinda

 

Akan sama saja

Sama-sama memainkan lidah dalam lorong kegelapan

Aku tlah meniatkan begitu, namun sering memakinya tanpa sadar, katamu

 

Siang melambat menuju senja di ujung horizon kehidupanku

Mampukah sampai sana? Batinku

Ah, kenapa menerawang jauh, menjalani hari ini pun aku tak tau

 

Jogoyudan, 28012025. 14.35

 

Kopi Senja

Ku telusuri lorong-lorong gelapku

Segelap black coffee di meja keberangkatan

Ku minum secangkir brotowali

 

Ternyata tak sepahit bersamamu

Mencintaimu

Merengkuhmu

 

Melayanimu

Di setiap kedatangan waktu

Namun tak pernah ada setitik manisnya madu

 

Menemuiku

Membersamaiku

Di kedua manas aku

 

Lelahku selalu saja menemui kebuntuan-kebuntuan tak terhindar

Sampai kapan tekanan-tekanan kanan kiri maupun depan

 

Hingga langkah-langkah kecil ini tak pernah sampai tujuan

Terantuk baru egomu

Kelakuanmu

 

Mau ku benturkan akal budiku tak jadi

Kuhancurkan dengan sasrabirawaku

“Jangan, ” Kata hati kecilku

 

Jogoyudan, 28012025 16.56

 

Hujan

Hujan semakin menderas menampung mata air sepi

Mengaliri bilik-bilik relung jantung

Menambah imun dan iman kepadanya

 

Semakin tunduk dan sujudnya

Kepada kekosongan namun isi

Isi akan tetapi kosong

 

Melihat namun buta

Dekat tapi tidak tersentuh

Jauh sejauh mata memandang namun sangat dekat

 

Al-Falah, 28012025 19.03.*

Exit mobile version