Oleh : Karya Arnando
Bekaespedia.com_Disini Nando dan Aku masih menantikan Puja dengan semilir angin dalam belaian Simpang Lima Toboali ini. di keramaian pengunjung kami berada disalah satu icon wisata Balai Pariwisata yang letaknya tak jauh dari kawasan Simpang Lima. Bangunan yang dibuat dengan gaya arsitektur Tempo dulu itu masih berdiri gagah di tengah tengah Bangunan Kota yang lebih modern, apalagi Balai wisata ini dahulunya terbengkalai tak berpenghuni. ini merupakan langkah cerdas Pemerintah daerahku untuk menjadikan sebuah bangunan yang bernilai sejarah ini sebagai sebuah tempat untuk mengenal budaya dan juga adat istiadat Daerah Kami.
Tepat dibawah layar besar yang menayangkan wajah kota Toboali. Nando dan Aku sedang bersiap menyusun dan menata barang barang yang akan di pamerkan. kami berada disini karena undangan sebagai Motivator dalam rangka Pengembangan Kapasitas kebudayaan Daerah. Dihadapan kami Patung Sahang seakan menjadi penghalang hembusan semilir angin kearah kami. Aku juga tidak menyangka Tempat ini menjadi titik utama penataan Wajah Kota kawasan Pesisir Selatan Pulau Bangka ini.
Sore itu raut kebingungan di wajah Puja sangat terlihat jelas, dibalik suasana kota Toboali yang mendung, terdapat keluh seorang anak, dengan awan yang abu seakan menekan semangat anak ini. seolah mengisyaratkan Takdirnya sudah tersurat seperti ini, aku pun tetap menunggu dan duduk bersantai di bangku di tengah keramaian alun alun kota ini. sambil mataku tertuju pada seorang gadis yang berpakaian lusuh dengan tas nya yang compang camping menenteng sebuah map coklat yang aku duga itu adalah soal soal ujian tahun lalu. antara bingung dan penasaran ku perhatikan terus gerak geriknya, namun tak sempat untuk menyapa, Nando datang dengan tingkah inner child nya memanggil ku dengan tingkah kekanak kanakanya, dengan napas terengah engah dia menghampiri ku “sendiri saja disini kak?.”
“Kamu ini gimanasih, lama sekali, sudah aku tunggu dari tadi”, namun mataku masi tetap mengawasi gerak gerik anak itu. nampak gelisah dan semakin terlihat raut murung diwajahnya.
“Lihat apa dari tadi asyik kayaknya”, Nando yang menyadari aku sedari tadi berfokus pada sesuatu yang menarik perhatianku, “ohh… Puja” begitulah dengan enteng Nando menyebutkan nama anak itu. aku yang masi tertegun dipenuhi dengan banyak pertanyaan masi membisu melihat Puja dengan raut wajah yang sedari tadi murung, seperti memikirkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi. namun alun alun kota ini yang semakin sore semakin ramai apalagi ditemani dengan cuaca yang mendukung seperti ini menarik banyak pengunjung untuk menikmati semilir angin di alun alun. apalagi tempatnya yang strategis sangat dekat dengan pantai yang menjadi icon kota Toboali ini. semakin lama Puja semakin hilang dari pandangan ku, namun tak ku ambil pusing, lagi pula ku rasa Nando cukup kenal dengan Puja jadi aku tidak khawatir dengan segudang pertanyaaan ku terhadap anak itu.
Waktu terus berlalu aku berjalan menikmati setiap sudut tempat ini, namun kukira aku akan kehilangan gerak gerik Puja, namun ternyata kali ini ia menggandeng sebuah tangan mungil dengan baju berwarna pink yang sedikit kebesaran. aku rasa dia sedang membawa adiknya karna wajah mereka berdua terlihat sangat mirip, dengan tangan kanan menenteng tas lusuh dan tangan kiri menggengam tangan mungil itu. Puja terlihat sangat mantap berjalan menuju kesuatu tempat, namun tak kuhiraukan itu, karna sedari tadi mataku tertuju pada anak itu.
Mungkin keberadaan ku dan Nando yang kurang pas atau Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang lain, akhirnya cuaca yang tadi nya sedikit mendung sekarang gelap gulita menandakan hujan akan segera datang. dengan angin sepoi sepoi yang lambat laun semakin kencang, aku dan Nando pun merasa sudah waktunya untuk kami pulang, dengan secangkir minuman Milk boba di tangan yang sudah mulai habis. segera setelah kami pergi dari alun alun kota ini, hujan yang lebat disertai gemuruh mengguyur daerah ini, namun pikiranku masi mengingat Anak perempuan yang kulihat tadi.
Aku kira itu akan menjadi pertemuan terakhirku, namun nyatanya Aku dan anak itu satu sekolahan hanya berbeda kelas belajar. aku merasa sangat penasaran dengan kehidupan anak ini yang aku tahu namanya Adalah Puja, setelah aku mengenalnya ,aku lebih intens bertemu dengan nya, mungkin karena aku baru menyadari Puja adalah salah satu siswi yang bersekolah di Sekolahku, tak ku sangka raut wajah cerianya disekolah merupakan topeng tebal yang dikenakannya untuk menutup Kecapaianya diluar sekolah. apalagi yang aku tahu dia mempunyai seorang adik perempuan yang harus turut dibahagiakanya, aku tidak tahu bagaimana keadaan keluarganya. namun yang aku dengar ia adalah Anak pemulung yang memiliki seorang adik perempuan berusia 5 tahun, ayahnya sudah wafat sejak 3 tahun lalu, yang membuat kehidupan keluarganya yang sederhana jatuh kedalam jurang kemiskininan. Tak disangka anak itu bernama Puja. Namun sayangnya hidup di kota kaya Seperti Toboali ini masih saja Ada Orang orang yang tidak beruntung yang hidup dibawah garis kemiskinan. tampak wajah lelahnya memikul semua beban dipundaknya apalagi Disaat akhir semester seperti ini banyak sekali biaya yang harus ditanggung. sambil menelan saliva nya ia berlari menuju keluar lingkungan sekolah sambil terenga enga diiring bunyi bel pulang yang lumayan memekakan telinga. dengan sedikit kebingungan aku berbicara dengan teman baik ku Nando,
“Puja sepertinya punya kesibukan yang mendesak ya?”
“hmmm iya, yang aku tau dia harus segera menjemput adiknya yang ikut ibunya memulung, biasanya jam segini ibunya akan menunggu di pantai yang berdampingan dengan alun alun”.
Benar ucapan Nando ternyata arah kepulangan Puja menuju alun alun Toboali atau yang di kenal dengan himpang lima. Yang aku tahu alun alun ini belum genap 1 tahun di sahkan, namun memberikan dampak positif yang begitu besar, apalagi Balai Wisata yang tadinya gedung kosong tak berpenghuni. sekarang menjadi pusat perhatian dan instagramable banget, sedikit ku pusatkan Konsentrasiku untuk melihat lihat sekeliling untuk memantau gerak gerik Puja. Rasa penasaran ku masih sangat besar kepada anak itu, terlebih lagi mengetahui bahwa dia salah satu siswi disekolahku. Nando yang sedari tadi manut mengikuti kemana aku pergi pun sangat heran dengan tingkahku yang seperti orang kebingungan sambil menolah kanan kiri Ke seluruh penjuru himpang lima.
“Dari tadi kita ngapain sih?, aneh sekali gelagat mu hari ini”
“Apa kau melihat Puja nan?, perasaan tadi dia menuju ke arah sini deh”
“Oh itu, Puja biasanya di pojok sebelah sana”
Sambil menenteng tangan ku dengan kasar, kurasa Nando sedikit kesal ku repotkan, sambil bercanda ku cubit tangan nya yang menggengam tangan ku.
“Awh!, Hey itu sakit,hentikan!”
“Rasain, kau juga menarik tanganku dengan sangat kencang”
“Ya mau bagaimana lagi, sedari tadi aku melihat kamu sangat excited banget ingin tahu tentang Puja, Nanti keburu Puja Pulang”.
“Oh iya iya”
Dengan Sedikit hentakan Nando kembali menarik tanganku dengan kuat dan tergesah gesah, dari kejauhan aku melihat Puja sedang berbicara dengan seorang Wanita berumur sekitar 30 sampai 40 tahun tapi masih kuat dan sigap menarik gerobak besi yang berkarat. setelah berbincang cukup lama, Puja menggandeng tangan mungil itu lagi, menggunakan Baju yang sama dengan pertama kali aku melihatnya. untuk memuaskan rasa penasaran, Aku dan Nando berusaha tak menampakkan diri secara terang terangan, ya mau bagaimana lagi kami seperti pasukan khusus yang sedang mencari buronan. Tangan mungil itu di gandengnya menuju kesuatu Tempat.
“mau kemana Mereka?” Tanya ku dengan penasaran.
“aku juga tidak tahu”.
tak mau berlarut dalam kebingungan, kami berusaha untuk mengikuti Puja dan Adiknya dari belakang, namun kami tetap saja kehilangan gerak geriknya.
Begitulah awal interaksi atas penasaranku kepada Puja, kehadiranya membuat banyak sekali suara dalam kepalaku. apalagi saat dia menenteng Amplop coklat, dugaan ku itu adalah soal ujian, namun ternyata Berisi koran koran tidak laku yang ia peroleh dari kantor pos dekat dengan Balai Wisata. aku yang masih penasaran kemana perginya ia ketika kami hendak mengikutinya dari Alun alun kota. untuk memuaskan rasa penasaranku aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan Puja, tak kusangka dia begitu welcome dengan ku. setelah basa basi yang cukup panjang barulah aku tahu bahwa Puja pergi menuju rumah Pengolahan belacan dan kecalok disana ia menjadi buruh harian. belacan sendiri adalah terasi yang dibuat menggunakan cara tradisional dengan cara dijemur dan di tumbuk, sedangkan kecalok adalah makanan fermentasi Khas Toboali, dengan sedikit bercanda aku menyeletuk,
“Boleh dong aku ikut membuat belacan, hehe…”
“Oh tentu boleh dong, tapi…. Tempatnya tidak cocok untuk mu…”
“Oh iya? Aku semakin penasaran, nanti Aku dan Nando akan ikut bersama mu, iyakan Nando”
Sambil menoleh Nando yang sedang sibuk bermain handphone nya.
“Oh iya… iya..”
Antara sadar dan tidak sadar Nando mengiyakan Ajakanku, tapi tenang saja Nando adalah sahabat terbaikku. Pastinya dia selalu mendukung hal baik yang aku lakukan.
“Hei,… disini!”
“Ohh iya,…. Tunggu, ayo cepat Nando!”
Dengan berlari lari kecil aku dan Nando menghampiri Puja yang sedari tadi sudah menunggu. Ku lihat Dia tidak turut membawa adiknya, karena Ibu Puja sedang sakit, Sehingga Adiknya lah yang menjaga Ibunya dirumah.
“Ayoo nanti kita terlambat”
Segera Setelahnya Puja bergegas mengajak kami berangkat ke Tempat Pengolahan Hasil laut.
“Disini aku bekerja, Lumayan buat tambahan uang jajan”
Aku dan Nando hanya Mangangguk kecil, mataku pun tak luput memperhatikan sekitar. Ku lihat sebuah Kertas Yang tertempel di dinding, yang bertuliskan “Udang 1kg = Rp.2.000, Kerang 1Kg = Rp.1.500”, aku yang tidak tahu awalnya mengira itu harga Udang dan ikan di tempat pengolahan hasil laut, ternyata itu adalah daftar upah buruh Harian pengupas Udang dan kerang, biasanya buruh harian mengupas kulit udang dan kerang dilakukan ibu-ibu di daerah sini, selain memiliki waktu senggang mereka juga sudah sangat lincah mengupasnya, sedangkan Puja buruh harian dibagian Pembuatan belacan dan kecalok, upahnya Rp. 15.000 perhari, namun kerja nya sangat berat, tak mampu dikerjakan semua orang. Sayang nya kali ini Hasil tangkapan udang sungkur sebagai bahan baku Cuma sedikit, Alhasil Puja hanya mendapatkan tugas untuk membuat Kecalok. membuat kecalok cukup mudah, udang sungkur yang baru saja di dapat, di pisahkan dari sampah sampah laut, seperti Rumput laut, dan ikan ikan kecil yang ikut tertangkap saat menyungkur. kemudian udang yang telah dibersihkan ditambahkan Garam dan gula, lalu di bungkus menggunakan wadah kedap udara, kemudian disimpan didalam lemari pendingin, setelah 2-3 hari kecalok siap dihidangkan. Sambil kami membantu Puja ,Aku menyuruh Nando untuk dapat merekam dan mengabadikan Momen agar bisa kami jadikan konten Youtube, biasanya Hal yang unik di publikasikan ke media sosial lebih cepat menarik peminat penonton. setelah membungkus kecalok yang sudah kami campurkan dengan Garam dan gula, kecalok akhirnya siap di diamkan dalam lemari pendingin.
Aku tidak sabar melihat beragam komentar di media sosial tentang aktivitas Puja sebagai buruh harian di pengolahan hasil laut. kawasan bibir pantai yang luas menjadikan Daerah kami kaya akan sumber daya laut, sayangnya sekarang ini banyak sekali aktivitas tambang di tengah laut, baru baru ini saja ada aksi demo para nelayan karena penolakan kawasan mata pencarian mereka yang akan di dijadikan sebagai Kawasan pertambangan. mau bagaimana lagi mereka mencari makan, laut akan menjadi kotor, ikan ikan pun akan menjauh, terganggu aktivitas tambang.
Selain kecalok, belacan Juga menggunakan Bahan Baku yang sama dengan dengan kecalok yakni udang sungkur, udang sungkur sendiri merupakan udang yang berukuran kecil yang biasa disebut dengan Udang Rebon. Puja juga mengajari Aku dan Nando cara membuat Belacan. Udang sungkur yang masih segar ditaburi garam kasar lalu di jemur dibawah terik matahari sampai kering, biasanya membutuhkan waktu 3-7 hari tergantung cuaca. untungnya Puja masih punya stok udang sungkur yang kering, jadi Puja bisa mengajari Aku dan Nando untuk membuat belacan , udang sungkur yang sudah kering kemudian di Tumbuk menggunakan Alat menumbuk yang besar, biasa di sebut aluk. aku sangat kesusahan, karena Gagang kayu untuk menumbuknya lumayan Berat, sedikit terkesan aku melihat Puja yang sudah terlatih dalam membuat Belacan. teknik tradisional ini masi di lestarikan sampai sekarang ini, itulah yang membuat rasa belacan khas Toboali ini tidak berubah dari waktu ke waktu.
Benar sekali dugaan ku video yang kami ambil saat pembuatan kecalok dan belacan melonjak penontonnya. aku sangat Bangga bisa membantu puja, ditambah lagi komentar positif di media sosial mengenai Puja, walaupun dalam keterbatasan ekonomi, Puja tidak pernah mengeluh menjalani hidup, dia masi membantu ibunya mencari Nafkah, merawat adiknya yang masih kecil, walaupun dalam kesusahan dia tetap bersemangat. Aku jadi iri dengan semangatnya, Vidio yang kami Unggah di kanal Youtube akhirnya mendapat sorotan Komunitas Pengembangan Budaya Daerah. Apalagi Sosok seorang Puja, ia diundang untuk menjadi Salah satu Role Model dan Motivator dalam Acara tersebut, Aku sangat Bangga padanya, Uang hasil dari vidio yang kami Upload, kami serahkan ke Puja, dari situ ia bisa membayar obat untuk ibunya, Membelikan adiknya mainan serta baju baju yang cantik, aku merasa senang dapat membantu Puja.
Namun dibawah layar lebar dan Patung sahang ini , kami masih menunggu Puja, sedari tadi Ia tidak muncul. aku turut bingung dan Khawatir, Namun tiba tiba, banyak sekali Ibu-Ibu dan Anak Anak seusia Kami, ikut membawa dan menunjukkan Seni Tari Nganggung, namun yang mereka bawa adalah hasil Olahan Laut, belacan dan kecalok. sontak aku tersadar bahwa mereka ada Para Buruh Harian yang ikut bekerja bersama Puja di tempat Pengolahan Hasil Laut. dari kejauhan aku mendengar.
“Selamat ya atas Keberhasilan mu!”
Kulihat di sebrang jalan, Seorang ibu dengan kedua Anak nya yang saling bergandengan Tangan. Aku pun sadar siapa yang ada disana, Seorang ibu pekerja keras bersama Anaknya yang juga punya semangat besar dan seorang Malaikat Kecil.
Toboali,2023
Ruang Waktu dan Kecantikannya
Penulis Karya Arnando