Opini  

SENANDIKA

Foto : detikNews - detikcom

Oleh: Ummi Sulis

Percumakah?

Kadang aku berpikir menanggapi tentang segala upaya yang telah dilakukan para mahasiswa hingga berdarah-darah itu dengan satu kata, ‘percuma’.

Dengan segala keterbatasan, para pencari keadilan meneriakkan kata-kata yang selama ini ikut memengaruhi hidup mereka. Turunkan harga pangan, turunkan harga BBM, di tengah harga BBM negara sebelah yang malah turun. Padahal mereka itu bukanlah dari golongan menengah ke atas. Mereka rakyat jelata dengan berbagai kondisi keprihatinan.

Sudah beberapa hari, bahkan beberapa bulan, semangat berorasi untuk pembaruan agar negeri yang begitu dicintai ini tak terkapar digilas tangan-tangan pongah para pencari surga dunia.

Banyak orang-orang miskin yang overdosis dengan kemiskinannya. Sebaliknya, orang-orang super kaya, semakin overdosis dengan perolehan nafsu syahwati itu.

Percuma orang-orang turun ke jalan meneriakkan kata turun, kata tidak, dan kata jangan! Toh, harga takturun, BBM tetap naik, UU Omnibuslaw tetap disyahkan, bahkan terbaru, usut ijasah palsu, bagai angin lalu saja.

Ternyata, bukan hanya lagu Alamat Palsu yang tranding topik. Kasus-kasus kepalsuan di negeri +62 menjadi tranding topik sedunia.

Semoga Allah masih berkenan melihat negeriku ini. Negeri +62 yang ‘baldatun toyyibatun warobbun Ghofur’, hingga aku tak lagi berpikir ‘percuma’. Semoga negeri indah dengan julukan ‘Negeri yang Gemah Ripah Lohjinawi’, bukan cerita fiksi semata.

Diedit di
Fajar Indah, 20 Februari 2024

Exit mobile version