Terbang karam 

Oleh: Meilanto

Sobat budaya, apakah sering mendengar istilah terbang karam?

Ya, memang agak unik, kata terbang dipadupadankan dengan kata karam. Memang sepertinya tidak ada korelasi kedua kata itu. Terbang identik dengan tinggi, mengudara, bahkan mengangkasa. Sementara itu karam identik dengan kapal yang berlayar kemudian karena sesuatu dan lain hal kapal itu mengalami karam sehingga tidak lagi terapung dipermukaan air melainkan terus turun hingga ke dasar air, sungai, danau, bahkan laut.

Nah terbang karam yang dimaksud dalam tulisan ini yaitu salah satu fase kehidupan dari hewan unggas. Para pendahulu kita sering menyebutkan terbang karam yang mengacu pada anak burung yang baru belajar terbang.

Telur burung yang telah menetas menjadi anak burung baru dirawat oleh sang induk dengan memberi makan. Beberapa hari kemudian bulu-bulu burung mulai tumbuh menyerupai jarum besar. Selanjutnya bulu-bulunya mulai pecah dan mekar. Setelah sekian waktu burung sudah mulai bisa mengepak-ngepakkan sayapnya. Dan saat itulah anak burung keluar dari sarangnya dan mulai belajar terbang yang disebut dengan nama terbang karam. Sarang yang ditinggalkan menyisakan kotoran burung-burung.

Sarang Burung Perbak. Sumber: penulis 

Terbang karam dimaksudkan karena anak burung belum mahir terbang sehingga ia terbang masih dalam jarak yang dekat dari dahan atau ranting yang satu ke dahan atau ranting yang lain bahkan terkadang jatuh ke tanah. Proses anak burung terbang karam ini didampingi oleh induknya yang biasanya ramai dengan ocehannya. Kadang terbang kadang ke turun ke tanah atau terbang rendah inilah yang dikenal dengan istilah terbang karam.

Apakah pembaca masih sering melihat burung terbang karam?

Exit mobile version