Oleh : Vivi Rahmelia (Guru SMAN 1 Payung)
bekaespedia.com
“Tau nggak apa bedanya kamu sama es krim ini?”, kamu bertanya dengan raut wajah yang usil.
“Mmm, apa tuh, nyerah deh”.
“Kalo es krim ini Cantina, kalo kamu lagi cantik-cantiknya”, ujarmu dengan cengiran yang khas.
“Ih, naon sih. Geuleuh”, aku pura-pura menampik, tapi wajahku hangat bersemu.
Kamu tersenyum lalu menggigit sedikit es krim vanillamu.
“Eh, tapi serius deh, bagiku kamu itu kayak es krim. Manis, bikin adem, dan bikin seneng”, lagi-lagi kamu puas tertawa setelah menggodaku.
“Makasih ya udah muji dari tadi, tapi maaf nih, aku nggak punya uang kecil”, giliranku yang melempar canda.
Di jalanan Braga yang padat, obrolan kita pun menghangat.
“Eh, cepetan dimakan es krimnya, nanti meleleh loh”, ujarmu.
Sejenak aku dan kamu fokus menikmati es krim masing-masing. Kamu selalu setia dengan rasa vanilla sementara aku belakangan ini jatuh cinta dengan rasa green tea.
“Es krim itu kayak waktu, ya”, ucapku.
“Kenapa gitu?”
“Es krim kan cepet meleleh, kalo nggak segera dimakan malah jadi mubazir. Sama kayak waktu yang cepet berlalu, kalo nggak segera dimanfaatin akan sia-sia”.
“Eh, iya bener.”
Kamu lalu membetulkan posisi dudukmu, sejenak menghentikan aktivitasmu menikmati es krim. Lalu menatapku seperti akan berbicara serius.
“Selama ini kamu udah bikin aku meleleh. Dari pada waktu kita sia-sia, kamu mau nggak manfaatin waktu bareng aku selamanya?”
Aku mendadak kaku, lidahku kelu. Entah karena es krim atau karena pertanyaanmu.
Sore itu, meski tanpa gerimis Jalan Braga selalu memiliki sisi romantis. (DM)