Budaya  

Becukur

Musim kemarau seperti saat ini sering kali kita menjumpai pohon yang menggugurkan daun-daunnya. Jika pohon berada di dekat pekarangan rumah, maka daun-daun akan berserakan dan yang pasti harus rajin dibersihkan.

Dalam ilmu pengetahuan, gugurnya daun-daunnya saat musim kemarau dikarenakan untuk mengurangi penguapan karena persediaan air tanah berkurang bahkan kering. Tanpa adanya air maka tumbuhan tidak bisa melakukan fotosintesis.

Dalam bahasa Melayu Bangka, daun-daun yang gugur saat musim kemarau dikenal dengan istilah becukur. Pohon-pohon yang becukur tampak seperti pohon yang hampir mati karena sedikit daun bahkan tidak ada daun sama sekali. Sering kali kita mengira pohon itu mati. Seiring dengan mulai turun hujan, maka akan keluar pucuk-pucuk daun baru.

Ada juga pohon yang tidak bisa bertahan walaupun sudah memasuki musim hujan tergantung ketahanan pohon itu sendiri. Jika pohon itu mati maka akan menjadi punggur yang sedikit demi sedikit ranting dan dahan akan jatuh.

Bagaimana dengan pohon karet?

Karet sebagai bahan komoditi masyarakat juga mengalami masa becukur saat musim kemarau. Umumnya petani karet istirahat menyadap getah karet karena getah yang dihasilkan sedikit dan agak cair. Jika dipaksakan disadap maka karet akan mudah mati dan hasil yang didapatkan tidak maksimal.

Musim becukur adalah masa paceklik petani karet. Petani karet harus bisa mengatur keuangan supaya dapur tetap mengepul. Proses pohon becukur dan berpucuk sebagai tanda pergantian musim.

Seberapa lama pohon becukur? Kita tunggu saja hujan turun!

Exit mobile version