Benteng Toboali (Fort of Toboalij)

Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, CECH, Sejarawan dan Budayawan Penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia 

Dalam catatan H.M. Lange :Het eiland Banka en zijne aangelegenheden. ’s-Hertogenbosch: Gebr.Muller, 1850 hal.93: “….alwaar een veertig voet hooge heuvel, op eene in zee eenigzins vooruit stekende, en door eene kleine baai gevormde punt, eene uitmuntende stelling aanbiedt voor eene sterkte. Aan deze nieuwe hoofdplaats van het distrikt, heeft men op nieuw den naam van Toboali gegeven doch door de in boorlingen en Chinezen wordt zij nooit anders dan Sabang genoemd”. Maksudnya: “….terdapat satu bukit setinggi empat puluh kaki, di atas laut agak menonjol, dan dibentuk oleh teluk kecil, merupakan posisi yang sangat baik untuk satu benteng pertahanan, diberikan dengan nama Toboali Baru, tetapi penduduk asli dan orang Cina tidak pernah menyebutnya dan mereka menyebutnya Sabang”.

Pada Tanggal 24 Desember 1820 pasukan besar dipimpin oleh Raden Ali putera Raden Keling mengepung dan menyerang Benteng Toboali dari laut dan dengan menggunakan sejumlah besar perahu bersenjata serta mengibarkan bendera Raden Ali.

Penyerangan dilakukan pada 2 sasaran yaitu pasukan kecil dengan kekuatan 9 perahu bersenjata menyerang dan menembaki sisi Selatan bangunan benteng dengan meriam, dan dengan perahu kecil pasukan pendayung merapat ke tepi pantai dan mencapai tebing di posisi pos penjaga pantai yang telah ditinggalkan. Mereka kemudian dihadang oleh tembakan pasukan Letnan De Vries. Sementara itu serangan Raden Ali dan pasukannya ditujukan pada sudut Barat benteng yang sedang dibangun.

Pasukan ini dihadapi oleh pasukan Du Peron, dan Kapten Lessance dengan 60 pasukan bersenjata lengkap yang menjaga benteng dari kehancuran dari serangan pasukan Raden Ali.

Pasukan Belanda dibawah kapten Meijer dapat menghalau pasukan Raden Ali kembali ke perahunya dan sebagian pasukan lari masuk hutan sekitar pukul 11.00 pagi dan Kapal Raden Ali memutar haluan menuju pulau Lepar.

Selengkapnya dapat dibaca di Buku Fort of Toboalij, Akhmad Elvian. 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *