Oleh : Rusmin Sopian
Toboali, Bekaespedia.com _ Dari sejarah tempoe doeloe yang dapat kita baca dari berbagai buku, catatan, cerita bertutur dan referensi ilmiah dengan tegas dan lugas ditulis , bagaimana rasa patriotisme dikalangan masyarakat Junjung Besaoh ini.
Raden Keling, pemimpin rakyat daerah ini pada zaman itu, harus menewaskan Mr. Brown yang merendahkan martabat rakyat daerah ini.
Sementara itu pada tanggal 22 desember 1825, Raden Ali dengan peralatan terbatas mampu mengambilalih Benteng Toboali yang dikuasai Belanda. Bagi kedua pendekar bangsa asal Toboali ini, martabat bangsa dan daerah Toboali harus dijunjung tinggi kendati nyawa menjadi taruhannya.
Sejarah telah menceritakan kepada kita, tentang perjuangan Raden Keling (yang masih bertalian keluarga dengan Sultan Badarudin ) yang merupakan petinggi di Toboali pada tahun 1812-1819.
Raden Keling yang merupakan incaran Inggris, karena membunuh seorang Inspektur Tambang bernama Brown. Raden Keling juga memimpin pertempuran dengan Belanda di Toboali. Sebagai pembantu Sultan Mahmud Badarudin untuk daerah Pulau Lepar dan Toboali, Raden Keling dengan dibantu oleh Raden Ali dan Raden Badar membuat Belanda kocar- kacir.
Belanda baru dapat menaklukan Toboali menjelang ekspedisi terbesar ke Palembang dibawah pimpinan Panglima Angkatan darat Hindia Belanda Mayor Jenderal Baron De Kock.
Kehebatan perang di Toboali waktu itu digambarkan oleh Kolonel Du Peron (saat itu berpangkat kapten) secara realistis.
” Dari 300 orang anggota garnizun hanya 8 orang yang sehat.Untuk itu terpaksa menarik pengawal-pengawal dari pasukan perahu kotak dan dari pasukan Raja Akil.Selama 7 bulan berada di Toboali,2/3 bagian dari sebuah kompi infantri yang anggotanya 183 tewas. Hampir seluruh detasemen infantri yang terdiri dari 30 anggota ikut tewas pula.
Pada sisi lain kita juga sangat paham, tahu dan ingat dengan R. Abdullah. Mengemban amanah sebagai Wedana Toboali, R. Abdullah memprakarsai pembangunan sebuah gedung pertemuan.
Gedung pertemuan yang diberi nama gedung Nasional ini berhasil dikerjakan dalam kurun waktu dua tahun dan selesai pada tahun 1951.
Dengan semangat gotong royong yang merupakan roh dan jiwa masyarakat daerah ini, Gedung Nasional yang merupakan gedung nasional pertama yang dibangun di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sukses dan hingga kini berdiri dengan gagah di Toboali dengan diarsiteki oleh putra Toboali M. Yusuf Bahir yang saat itu bekerja sebagai karyawan PN. Timah Toboali dan Lie Yung sebagai kontraktor pembangunan.
Siapa pun akan ingat dan ingat dengan nama Suhaili Toha. Pejuang yang dikenal sebagai penembak jitu amat ditakuti oleh Belanda. Kendati harus wafat ditangan Belanda karena ulah penzaliman yang dilakukan bangsa sendiri, namun bagi putra Toboali ini rasa patriotisme dan martabat Bangka Selatan harus ditegakkan walaupun nyawa menjadi taruhannya.
Kita juga tahu dan paham, bagaimana perjuangan kawan-kawan KPPT (Komite Perjuangan Pemuda Toboali) saat mengantar Bangka Selatan menjadi sebuah daerah otonom.
Perjuangan yang tak kenal lelah bahkan terkadang harus meninggal anak istri tanpa kompensasi sepeser pun.
Namun Bangka Selatan menjadi sebuah Kabupaten adalah harga mati yang harus diperjuangkan dengan rasa patriotisme. Bagi kawan-kawan KPPT martabat dan harga diri Bangka Selatan harus diperjuangkan dan dijunjung tinggi hingga ke langit tujuh.
Sebagai warga daerah Bangka Selatan kita berharap maruah Negeri Junjung Behaoh yang dilahirkan dengan semangat kegotongroyongan akan terus dan tetap terjaga.
Nukleusnya mari kita menjaga maruah daerah ini. Dan menjaga nama baik daerah adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Apakah kita telah menjaga maruah Bangka Selatan?
Tanyakan kepada nurani kita yang terdalam.
Toboali, Maret 2024