Sastra  

CERPEN LEGEND 1970 : Mutiara Ilham” (Teman Sekantorku)

Bakrie Djais, Tahun 1970

Karya : Bakrie Djais Tahun 1970

 

Hanya Persahabatan

Aku tahu…

Dibumi sukmamu…

Ada keraguan dan kebimbangan yang mencekam…

Kau tentu menduga…

Aku ini, jatuh cinta padamu…

Tidak! Bukan itu yang ku cari…

Hanya Persahabatan…

Ini ku pinta dari mu…

Antara kita, aku dan engkau…

Hanya ada seberkas cinta…

Cinta persahabatan…

Tapi, kalau dihati ini…

Ada perasaan sayang…

Maka…

Engka Mutiara Ilhamku…

Yang Kusayangi…

Toboali, 14-9-1970

Bakrie Djais

Karya Bakrie Djais

Hari Rabu, 2 September 1970

Waktu itu jam 14.00 tepat, dimana saat semua karyawan yang berkantor dijalan Jenderal A.Yani berduyun-duyun keluar kantor untuk pulang kerumah masing-masing.

Akupun begitu juga, tapi baru beberapa langkah aku menuruni anak tangga kantor, seorang gadis keturunan belanda yakni teman sekantor ku datang mendekat sambil menyodorkan seexemplar majalah “ TANIASARI” yang dilipat dua.

“Terimakasih, Bang” ujarnya pada ku.

“Terimakasih kembali” Jawabku sambil menyambut majalah tersebut. Dan ia terus berlalu. Akupun terus melangkah ketempat sepeda.

Sesampai dirumah, majalah taniasari yang masih baru itu ku letakan diatas meja tulisku didalam kamar dan setelah selesai aku makan, aku duduk diruang tamu sambil membalik-balik majalah tania sari dengan maksud ingin membaca artikel-artikel yang dianggap menarik. Balik punya balik, dengan tak ku duga terselip selembar saputangan fantasi yang berwarna putih bermotifkan gambar-gambar hewan, sedangkan hiasan pinggirnya berupa garis-garis berwarna biru laut. Timbulah dugaan dalam hati ku. Ini tentunya kepunyaan “Sonya”.

Aku tak bisa lagi melanjutkan niatku untuk membaca buku-buku, aku bangkit dan saputangan fantasi itu ku masukan kedalam saku celana ku.

Timbulah berbagai-bagai pertanyaan dalam benakku. Apakah Sonya dengan sengaja menyelipkan saputangan itu untuk menguji hati ku, atau memang ia lupa dan tidak sengaja bahwa barang itu telah terselip sedemikian rupa tanpa disadarinya.

Hari Kamis, 3 September 1970

Sonya tidak masuk bekerja sehingga saputangan fantasi itu terpaksa untuk bermukim semalam lagi dalam saku celanaku.

Aku memang berniat akan mengembalikan saputangan itu, sebab aku takut nantinya ia akan memerlukannya. Tetapi walaupun begitu, dengan adanya peristiwa yang diluar dugaanku ini, telah menerbitkan seuntai mutiara ilham untuk menjadikan sebuah cerita.

Hari Jum’at, 4 September 1970.

Saputangan fantasi itu telah ku bungkus  dalam sebuah amplop putih yang ku lampirkan juga sehelai surat pengantar. Tetapi, selama 4 jam penuh kami sama-sama berada dikantor, namun aku masih merasa berat dan ragu-ragu untuk mengembalikan saputangan fantasi itu.

Ketika pulang jam 11.00, disaat ia akan membelokan sepedanya menuju arah rumahnya, secara perlahan ku bisikan padanya, “Son, ada saputanganmu terselip dalam taniasari yang kau kembalikan kemarin”.

“Mana?” tanyanya.

“Besok akan ku kembalikan”. Jawabku.

Dan aku terus mendayung sepedaku. Begitu manis pandangannya ketika ia bertanya itu dan tergugahlah rasa hati ini membuat terperciknya secercah ilham.

Malamnya aku masih diganggu oleh saputangan fantasi itu, aku ingin lekas-lekas mengembalikannya, agar ia tahu bahwa aku tidak memerlukan saputangan itu, kecuali kalau ia memang benar-benar memberiku.

Hari sabtu, 5 September 1970

Ketika kantor bubar, aku masih merapikan map-map yang berserakan diatas meja dan ku lihat Sonya masih juga belum beranjak dan duduknya. Ku dekati dia sambil berkata “ Son, dalam majalah ini ku kembalikan saputangan fantasimu…” dan ku serahkan selembar majalah taniasari yang paling baru, dimana didalamnya ku selipkan amplop putih yang berisi saputangan kepunyaanmu.

“Oh, ya! Terimakasih, Bang! Jawabnya sambil menerima majalah tersebut.

Selanjutnya kami bersama-sama menuruni anak tangga kantor untuk pulang kerumah masing-masing.

Itulah sekelumit kisah dan dari peristiwa inilah lahirnya tulisanku yang berjudul “ Teman Sekantorku.”

Toboali, 10-9-1970

Bakrie Djais

Exit mobile version