Budaya  

Pepatah Kampong

Ilustrasi, Sumber :Gurusiana

Oleh : Dwikki Ogi Dhaswara (Pamong Budaya Bangka Selatan)

bekaespedia.com_TOBOALI_ Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Demikian pepatah mengajarkan mengenai etika hidup.

Proses penyesuaian diri dengan tata aturan yang berlaku disuatu masyarakat, harus dapat kita terima menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri.

Kita wajib mempelajari berbagai aspek yang ada didalamnya dan menjadi suatu keharusan untuk dapat kita pahami nilai sosial dan budaya itu dengan sebaik-baiknya.
Hal ini mengajarkan kita untuk bisa beradaptasi dimanapun kita berada.

Jadilah pribadi yang bijak, pribadi yang paham tentang peran nilai dan norma sosial. Pepatah kampung berkata “Jangan Muik Ayam Jago“.

Jika nantinya kita mendapati masalah, maka selesaikanlah dengan arif dan bijak. Diam itu emas, bicara baik itu berlian.  Agar berbicara kita itu baik, maka lakukanlah sesuai kebutuhan, sesuai takaran. Ingatlah pepatah kampung “Jangan Ngemanjang Tali Kelambu”.

Untuk seperti itu, tentunya ada proses yang harus dilalui. Seperti halnya, proses aktualisasi diri merupakan jenjang menuju kematangan dan kedewasaan seseorang untuk mampu mengetahui batasan dan kekurangan yang ia miliki.
Hal yang terpenting ialah tidak takut mengambil langkah dan tidak bertindak secara gegabah. Manfaatkan segala keterampilan yang kita bisa, tetaplah semangat dan jangan lemah dengan keadaan apapun, tegas akan diri sendiri, buang pikiran negatif. Seperti pepatah kampung berkata “Jangan Macem Nijek Hemot Dak Mati”.

Nasihat terpenting untuk kita semua ialah setiap pekerjaan memiliki tanggung jawab masing-masing, tidak ada batasan waktu untuk kita mengais rezeki, tapi ingat waktu pasti punya batas untuk kita.

Jangan lupa sholat dan pulang setelah pekerjaan selesai, jangan terlena dengan apa yang kita kejar dan kerjakan sekarang,  dan ingat pepatah kampung “Kelak Dibunyek Antu”. (DM).

Exit mobile version