Sedikit Catatan dari Lomba Cipta Puisi di FLS3N tingkat SMA/SMK Kabupaten Bangka Selatan; Yok, Menulis yang Baik dan Benar!

Oleh: Ummi Sulis

 

Bekaespedia.com. SMKN 1 Toboali, Bangka Selatan. Hari Kamis, tanggal 12 Juni 2025 adalah penjurian FLS3N Tingkat SMA/SMK Bangka Selatan. Para Dewan Juri melaksanakan tugas yang dipercayakan, sesuai lomba yang diampu.

Terima kasih kepada panitia penyelenggara yang telah mempercayakan penulis untuk menjadi juri Lomba Cipta Puisi. Ada 3 orang juri yang dipercayakan menilai hasil karya siswa tersebut. Ibu Dian Chandra, M.Hum, Ibu Agustina, S.Pd., dan penulis sendiri (Ummi Sulis), kami berkolaborasi menilai keunikan dari puisi-puisi yang diciptakan para siswa siswi hebat ini

Berdasarkan juknisnya, ada 3 kriteria penilaian, di mana setiap dewan juri menilai masing-masing puisi sesuai 3 kriteria tersebut.

Beberapa catatan kecil yang kami dewan juri ingin sampaikan, terutama kepada guru pembimbing cipta puisi. Tema besar lomba FLS3N kali ini mengangkat kreasi dan seni sebagai bahan puisi, itu artinya bagaimana penulis menggambarkan budaya lokal daerah memberi nadi bagi kehidupan sosial kemasyarakatan di negeri Junjung Besaoh ini.

Namanya juga puisi, tentunya bahasa yang digunakan harus puitis, lugas, bermakna kias, dapat diselipkan diksi khas Bangka Selatan untuk menonjolkan kekhasan budaya daerah kita. Misal slogan Asak Kawa Kite Pacak, atau Negeri Habang julukan kita, dapat diselipkan untuk pemikat.

Dari 14 peserta, ada beberapa peserta telah mengenalkan budaya khas ini dengan puisi indah mereka. Dengan membaca puisi ini, rasanya kita ingin mengenal lebih dekat bagaimana sih, Bangka Selatan sebenarnya.

Namun, puisi yang bagus ini, sangat disayangkan penulisan Ketatabahasaannya perlu pantauan lagi, terutama pantauan dari guru Bahasa Indonesia. Sudah bagus isinya, sayang sekali penulisannya kurang memperhatikan EYD dan KBBI sehingga mengurangi nilai.

Beberapa hal yang sering luput dari perhatian penulis di antaranya adalah:

1. Penulisan huruf besar kecil; dalam tulisan yang disajikan untuk dinilai, dewan juri sampai berpikiran positif untuk berasumsi tentang huruf di tengah kalimat, ‘oh, mungkin ini huruf kecil, tapi kok, ditulis seperti kapital?’ Atau seharusnya kapital, malah dipakai huruf kecil.

2. Penulisan di- sebagai imbuhan dan di sebagai kata depan; banyak yang keliru menulis ini. Seharusnya di- sebagai imbuhan (awalan) ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh: diberikan, dipikir, diletakkan, dan sebagainya. Untuk di sebagai kata depan, penulisannya dipisah karena menunjukkan tempat. Contoh di dalam, di atas, di bawah, di luar, di relung hati, dan sebagainya.

3. Penulisan kata ganti kepunyaan (ku-, -ku, -mu, -nya dan kau-) dirangkai dengan kata yang mengikutinya atau mendahuluinya. Contoh: kuucap, ucapku, miliknya, kauberi, dan sebagainya.

4. Penulisan partikel -lah, -kah dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan partikel pun ditulis terpisah. Contoh: Itu pun, mereka pun, hari pun, dan sebagainya.

5. Penulisan kata berbahasa Indonesia dapat merujuk pada KBBI; misal: sekadar bukan sekedar, embus/berembus bukan hembus/berhembus, semringah bukan sumringah.

6. Kata dasar yang diawali huruf K, T, S, dan P, bila bertemu awalan me- akan mengalami lebur (nasalisasi). Contoh: kondisi jadi mengondisikan bukan mengkondisikan, tinju jadi meninju, salat jadi menyalat(kan) bukan mensalat(kan) pesona jadi memesona bukan mempesona

7. Jangan menyingkat kata; contoh kata yang disingkat yg.

Demikian untuk menjadi perhatian bagi para peserta dalam ajang lomba berikutnya. Pembelajaran didapat dari siapa saja dan di mana saja. Seperti kata Pak Yudi, terapkan 3X (experiment, experience, expectation).

Fajar Indah, 15 Juni 2025. (BP)*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *