Aik Namang dan Bulan Puasa

Posisi Aik Namang dalam peta 1931. Terlihat kolong dan jembatan dalam peta.

Penulis: Meilanto

Bekaespedia.com _Bagi masyarakat Namang, keberadaan Aik Namang memegang peranan penting bagi keberlangsungan hidup. Betapa tidak, Aik yang berada di ruas jalan Namang-Sungkap itu menjadi penopang hidup masyarakat.

Lokasi Aik Namang yang ditimbun.

Aik Namang berhulu di sebuah bukit kecil di Desa Sungkap. Airnya jernih dan banyak ditumbuhi tanaman rumbia.

Tahun 1990-an saat WC belum dimiliki masyarakat secara umum, di bagian hilir terdapat tempat buang air besar yang dtutupi plastik bahkan kadangkala ditutuli dengan daun rumbia jika plastik sudah rusak.

Di atas air dipasang beberapa kayu atau papan untuk dudukan Jongkok saat buang air.

Aliran Aik Namang bagian hulu.

Saat bulan puasa seperti saat ini, Aik Namang akan ramai setelah berbuka puasa. Yang datang didominasi oleh kaum laki-laki. Mereka bukan hendak mandi tapi hendak buang hajat, bersih-bersih dan menggosok gigi hendak salat tarawih.

Pemandangan jadi menarik. Lampu senter berkilauan dari kaum laki-laki yang datang menggunakan sepeda saat sepeda motor baru dimiliki orang berduit.

Yang tak kalah menarik, kaum laki-laki itu berjejer di sayap jembatan untuk buang hajat. Bagian kiri dan kanan. Ada juga yang buang hajat di aliran air.
Selain itu, ini menjadi ajang silaturahmi dan bertukar informasi bagi kaum laki-laki.

Ya begitu lah kondisi apa adanya saat WC belum jamak dimiliki masyarakat.

Menelisik peta tahun 1930-an, di Aik Namang terdapat kolong di kanan jalan (dari Namang menuju Sungkap). Kolong itu tempat warga mandi dan keperluan lainnya.

Bagaimana Aik Namang saat ini?

Saat ini Aik Namang sudah ditimbun terutama pada bagian kanan jalan. Kini, alirannya juga sudah diperdalam dan bagian hulu juga sudah dibuat bendungan untuk menampung air untuk pengairan sawah.

Tulisan ini bukan bermaksud membuka aib tapi memang benar-benar nyata supaya diketahui oleh generasi yang akan datang.

Exit mobile version