Cuplikan cerita anak dalam buku yang berjudul “Petualangan Adek”

Menanam Jagung Jangan Tertawa

Oleh: Ummi Sulis

Terdengar bunyi pintu samping dibuka. Sepi kemudian, takada yang mengucapkan salam, berarti mungkin empus yang seperti biasanya, nyelonong gak ngucapin salam. Begitulah pikir Ummi.

“Assalamu’alaikum, Mi. lihat handuk Adek, gak? Mau mandi.” Tiba-tiba seseorang mengejutkan ummi dengan suara cemprangnya.

“Duh, kaget! Wa’alaikumussalam, dari mana, nanya handuk?” ujar Ummi.

“Dari bantu Emak nanam jagung di sawah.” Adek menjawab sambil mencomot mendoan yang dientaskan barusan. Tampak Adek mengibaskan mulutnya dengan tangan, mungkin kepanasan. Ada-ada saja ulahnya.

“Hati-hati, Dek, barusan diangkat dari wajan tu, mendoan. Itu handuknya, barusan diangkat dari jemuran.” Ummi menunjukkan benda yang dicari di tumpukan pakaian yang baru diangkat.

“Tolong, Mi, ambilin. Kaki Adek kotor,” pinta Adek.

“Bang, tolong ambilin handuk Adek! Bang Alda kayaknya di kamar. Ambilin, Bang!” perintah Ummi sama anaknya.

Bang Alda yang disuruh, langsung saja mengambil handuk yang dimaksud, “Nih, handuknya.” Langsung dilemparkan ke Adek sambil melotot.

“Apa sih, Bang, melotot. Ma’kasih, ya.” Adek berlalu memasuki kamar mandi.

Alda berlalu dari kamar mandi sambil mencebik. Melihat Ummi selesai menggoreng mendoan, tangannya terulur mencomot makanan tersebut.

“Hmm, enak mendoannya. Nanti ajarin, ya, Mi,” ucap Bang Alda sambil berlalu pergi.

“Boleh, sekarang apa nanti?” tanya Ummi.

“Nanti aja, Mi, kalau mau bikin mendoan lagi, biar Alda bantu,” ujar Alda.

“Okelah, ditunggu bantuannya.” Ummi menjawab sambil membawa bekas gelas minum kopi ke tempat cuci piring.

Sementara itu, Adek selesai mandi langsung mencomot mendoan lagi. Dia mengekor di belakag Ummi yang akan meletakkan sepiring besar gorengan ke atas meja.

“Napa, Dek, ngikutin Ummi? Kangen, ya, setelah 3 hari tidur di rumah Emak Pengasuh?” tanya Ummi pada Adek yang lagi mencomot mendoan lagi. “Nih, doyan apa laper?” lanjut Ummi lagi

“He, he, kan dari sawah, doyan dan laper gak bisa dibedakan. Sekalian Adek mau tanya tentang nanam jagung.” Adek menjawab cengengesan.

“Mi, apa bener yang dikatakan Ummi itu, kalau nanam jagung harus mingkem, jangan sampai tertawa, apalagi terbahak?” Adek bertanya serius.

“Hmm, emangnya Adek nanam jagung gimana? Sambil tertawa, ya?” tanya Ummi.

“Adek, sih, enggak tertawa. Kan pas mau nanam, tuh, Adek bilang ke Mbah sama Emak, kalau nanam jagung jangan kelihatan giginya.” Cerita si Bungsu yang tampak segar dengan baju warna hitam dipadu sirwal yang dikenakannya.

“Terus, apa tanggapan Mbah Min sama Emak?” cecar Ummi.

“Emak sama Mbah ketawa sampai giginya kelihatan. Bahkan semua yang ikutan nanam jagung juga tersenyum sama tertawa.” Adek bercerita sambil mengunyah mendoannya.

“Ya, gak apa-apa, toh, Dek. Masak gara-gara tertawa berpengaruh dengan tanaman jagungnya? Itu kan hanya mitos saja. Bahkan mitos itu dalam pandangan agama kita, hal ini sangat dilarang karena segala sesuatu telah Allah SWT atur dengan kuasa-Nya. Seperti tertulis dalam QS. Al-Taghabun: 11 berikut ini:

Artinya: “Tidak ada suatu pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Thagabun: 11)

Jadi, kita tidak boleh mempercayai atau meyakini, nanti jatuhnya ke syirik. Kalaupun hal itu terjadi, kemungkinan qadarullah, itu sudah ketetapan-Nya. Bisa jadi karena saking percayanya, akhirnya berlaku ketentuan Allah SWT menurut prasangka umat-Nya. Makanya kita harus berprasangka baik kepada Allah.” Ummi menjelaskan sambil mengelus kepala Adek.

“Oh, gitu. Berarti nanti kalau buah jagungnya ompong-ompong, kayak gigi Adek, gigi mbah dan gigi Emak, berarti itu takdir, ya?” tanya Adek lagi, untuk meyakinkan tentang takdir itu.

“Bisa jadi, Dek. Takdir buah jagung karena kurangnya unsur hara atau makanan yang membuat buah jagung bijinya ompong kayak gigimu itu.” Ummi menjelaskan sambil tertawa, mungkin membayangkan gigi Adek bagian depannya masih seperti tiang gawang, apalagi gigi Mbah dan Emak pengasuh Adek, yang sudah hampir habis. Bagaimana kira-kira buah jagung itu bila bijinya seperti gigi-gigi orang yang menanamnya.

“Tunggu aja tiga bulan lagi, Dek, ntar kan ketahuan, ompong apa penuh biji-bii dalam tiap buah, ha, ha ….” Bang Avicenna tiba-tiba nimbrung percakapan Adek dan Ummi.

“Oke, siapa takut,” jawab Adek.

Kita tunggu tiga bulan kemudian. Apakah buah jagungnya ompong atau penuh. Semuga cukup nutrisi agar biji-biji jagung itu sesuai harapan yang baik.

Catatan promosi buku

Cuplikan cerita buku berjudul “Petualangan Adek”, sebuah buku cerita anak-anak mengisahkan masa kecil si Bungsu. Buku yang ditulis Ummi Sulis ini berisi 18 judul cerita, di mana setiap cerita terdapat ilustrasi full warna.*

Exit mobile version