Oleh : Meilanto (Penulis, Pegiat Sejarah dan Budaya Bangka Tengah)
Toponim Desa Nibung
Di pulau Bangka ada dua kampung yang menggunakan kata “Nibung” sebagai nama kampung yaitu di kecamatan Puding Besar kabupaten Bangka dan di Kecamatan Koba Kabupaten Bangka Tengah.
Kata “Nibung” adalah flora palma yang tumbuh dirawa-rawa. Nibung memiliki batang tidak bercabang, termasuk kelompok palem dengan nama ilmiah Oncosperma tigillarum yang termasuk ke dalam family Liliopsida. Kayu nibung sangat kuat dan tahan terhadap pelapukan sehingga dipakai untuk tiang rumah. Kayu nibung mempunyai duri yang panjang disepanjang batang.
Nibung dalam Peta
Dalam penelusuran peta-peta tua, M.H. Court, (1821), Peta Inggris buatan Horsfield, H.M. Lange (1845-1846), belum ditemukan adanya tulisan Nibung yang dekat dengan Koba. Kata “Nibung” terdapat pada peta L. Ullman yang melakukan pemetaan pada tahun 1852-1855 dan peta diproduksi tahun 1856 pasca Perang Bangka II Tahun 1848-1851 yang dipimpin oleh Depati Amir dan Hamzah. Artinya kampung ini dibentuk setelah Perang Bangka II.
Dalam peta L. Ullman tersebut, ditulis Nibong yang termasuk bagian distrik Koba. Nibong terletak antara Koba dan Air Bara. Di sebelah timur terdapat jalan yang mengarah ke Rangaouw dan sebelah barat terdapat Sungai Simpang yang bagian dari Sungai Koeroaw (Sungai Kurau).
Selanjutnya dalam peta tahun 1898, ditulis Niboeng 2. Sebelah timur terdapat Sungai Niboeng, sebelah barat anak sungai Pramboen, Beti, Biloeng Beroeas, Groenggang, Radjadjongo, Legoendi dan Temiang yang merupakan bagian dari Sungai Goentoeng. Di sebelah selatan Niboeng 2 ada Airbara dan sebelah utara ada Koba sebagai pusat distrik.
Kemudian dalam peta tahun 1934 (Airbara DD 30,42). Dalam peta itu ditulis Niboeng yang berada di Km 62. Belum terlihat adanya masjid dan TPU. Di sebelah timur terdapat Aik Niboeng yang alirannya sampai ke kolong bekas penambangan timah yang berada disisi kanan jalan menuju Airbara.
Dekat Aik Nibong terdapar kebun sahang. Sementara itu di sebelah barat ada satu jalan setapak yang menuju ke ume. Di sebelah timur (arah ke Koba) melewati 7 (tujuh) jembatan yang di bawahnya mengalir aik Niboeng.
Selanjutnya dalam peta Airrisi (DD 30,43) tahun 1934, sebelah timur Niboeng terdapat Kelekak Niboeng, tambang timah 1 (Mijn 1) di kawasan kelekak Paritmanggis. Ada empat kolong (meer) bekas penambangan timah dan satu tambang masih aktif. Ke arah timur lagi ada kelekak Gobar, Bukit Djelemai, kampung Kenida dan Kampung Airrisi.
Selanjutnya jalan setapak (voetpad) disisi kanan jalan ke arah Airbara yang menuju ke bekas tambang timah. Jalan terus ke arah Airbara terdapat tambang timah aktif (Mijn 2) dengan bangunan-bangunanya yang terbuat dari bambu atau kayu. Nampaknya bangunan-banguan tersebut adalah pondok-pondok pekerja tambang timah (kamp).
Peta selanjutnya yaitu peta Ducth Maps Drawn and Reproduced by. I.H.Q. Cartographic Coy. Aust survey corps 1945 dengan skala 1:25.000. Dalam peta ini ditulis Noboeng dan hampir tidak ada perubahan topografi sama sekali. Hanya saja penulisan yang berbeda seperti kampoeng (1934), sedangkan dipeta ini ditulis Native Village. Dalam peta 1946, jembatan tujuh antara Nibung dan Koba menggunakan symbol Bridges with capacity in Tons (jembatan dengan kapasitas berat/ ton) iron shows thus I (terbuat dari besi).
Selanjutnya sebelum ujung pemukiman penduduk (native village) jalan raya menggunakan culverts bamboo or Timber Bor T (maksudnya gorong-gorong/ jembatan kecil dari bambu atau kayu). Di pemukiman penduduk juga terdapat jembatan kecil dari bambu atau kayu dan terakhir tepat di ujung pemukiman penduduk arah ke Air Bara.
Kemudian, sebelum Bridges with capacity in Tons terdapat jalan unsurfaced road (jalan setapak tak berujung) yang mengarah ke Paritmanggis yang merupakan daerah tambang timah aktif. Pada beberapa titik jalan dibuatkan tanggul (embankment). Tidak jauh dari masuk persimpangan ke Paritamnggis terlihat adanya cemeteries Chinese (kuburan Cina). Di kawasan Paritmanggis terlihat beberapa bangunan (buildings) yang terbuat dari kayu.
Bangunan-bangunan tersebut besar kemungkinan adalah barak para pekerja tambang timah dan terdapat kuburan Cina tidak jauh dari bangunan-bangunan tersebut.
Di kawasan Partimanggis sebagai daerah tambang timah, terlihat empat kolong besar bekas penambangan timah (Disused Tin Mine) dengan nama airnya Manggis.
Secara administrasi, Kampung Nibung telah dipimpin oleh beberapa kepala pemerintahan. Berikut kepala pemerintahan Kampung Nibung dari masa ke masa:
a. H. Hasan Bin H. Tusin (1957 – 1967)
b. H. Syamsumin (1968 – 1984)
c. Achmadun (1985 – 1998)
d. Suharli, S.Ag (1999 – 2006)
e. M. Lazi Usman (2006 – 2008)
f. Suharli, S.Ag (2009 – 2015)
g. Roni Pahrizal, A.Md (2016 – 2028)
(D.E.M).