Historiografi Desa Kepoh Bagian 1

Kampung Kepoh dalam Peta Tua

Oleh : Meilanto

Pendahuluan

Historiografi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan metode penelitian sejarah. Istilah historiografi akrab pula disebut penulisan sejarah. Dibanding penulisan ilmiah, historiografi dipandang cukup sulit. Sebab penulisan sejarah tak hanya mengandalkan informasi dan argumentasi saja, melainkan harus terikat pada aturan logika serta bukti empiris (Kompas.com)

Menurut Sumargono dalam buku Metodologi Penelitian Sejarah (2021), historiografi adalah istilah untuk menyebutkan langkah terakhir dalam metode penelitian sejarah. Historiografi terbentuk dari kata Yunani, yaitu historia dan grafien. Grafien artinya gambaran atau tulisan, sementara historia berarti sejarah.

Desa Kepoh salah satu desa di Kabupaten Bangka Selatan dengan luas wilayah 114,75 kilometer persegi memiliki kawasan hutan lindung (HL) dan hutan produksi (HP) di bawah pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit VIII Muntai Palas Kabupaten Bangka Selatan dengan areal kelola seluas 93,4491 kilometer persegi, menyimpan beragam kekayaan hayati dengan letak geografis dan variasi topografi, memiliki rawa, persawahan, perbukitan, garis pantai, lekukan sungai yang membelah desa hingga ke laut dengan sumber daya hutan kayu dan nonkayu, berbagai jenis flora dan fauna sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan agrowisata maupun wisata ilmiah. (Chairullah, 2023).

Kampung Kepoh dalam Peta Tua

Dalam menelusuri jejak kampung Kepoh, penulis menggunakan beberapa peta tua yang umumnya buatan Hindia Belanda.

Peta pertama yaitu peta yang berjudul A Map of The Island of Banca by M.H. Court London Fublished, 1 Aug. 1821, by Black Kingsbury Papury & Allen. Peta lebih menggambarkan tentang alur pelayaran laut yang hamper mengelilingi Pulau Bangka. Dalam peta ini sudah nampak adanya kampung Kepoh. Dalam peta ditulis Kuppo. Di bagian utara kampung terdapat sungai yang bermuara ke pesisir timur dekat P. Lepar dan P. Tingee (Pulau Tinggi). Sebelah timur terdapat laut dan P. Lepar serta P. Tingge. Sebelah barat terdapat gunung yang tidak dituliskan namanya dekat dengan Kampung Old Toobooallie, Toobooallie dan T. Sabong (Tanjung Sabang). Sementara itu sebelah barat daya terdapat gunung yang juga tidak dituliskan namanya.

Letak Kampung Kuppo dalam peta M. H. Court (perhatikan arah panah)

Sumber peta: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl

Dari peta di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Kampung Kuppo merupakan salah satu kampung tua di wilayah administrasi Bangka Selatan. M. H. Court adalah residen Inggris untuk Palembang dan Bangka. Peta ini dibuat pada masa pemerintahan Inggris 1821-1816 Masehi. Dalam catatan residen, dikatakan bahwa inspeksi terakhirmya di pulau Bangka dimulai dari sungai Merawang ke arah selatan, di sepanjang Pantai timur (wilayah distrik Koba), dan dari situ putaran ekstrim ke arah selatan Bangka sampai ke Toobooallie yang merupakan pos paling selatan. Pemetaan di pesisir timur wilayah Koba mengalami hambatan karena musim Tenggara, sehingga tidak bisa memproyeksikan dari titik Tanjong Brekat distrik Koba ke arah timurnya. Selama dua hari tanpa ada kemajuan dan atas bantuan Kepala orang Laut yang dipekerjakan kemudian baru sampai di Kuppo (kepoh) dan dari Tanjong Brekat distrik Koba ke tempat ini seluruh Pantai sangat berbatu. Dari muara sungai Kuppo di siang hari keesokan harinya, terlihat sebuah pulau yang disebut Pooloo Booroong (pulau Burung), hampir ke timur, pada jarak dua belas mil. Kemudian ada pulau lain, yang disebut Pooloo Tingee (pulau Tinggi), yang merupakan sebuah bukit yang tinggi dengan puncak kerucut tajam, hampir ke selatan (Court, 1821:192-194) (Elvian: 2021).

Peta kedua yaitu Kaart van het Eiland Banka zamengesteld in 1845 en 1846 door H.M. Lange. Dalam peta Kampung Kepoh sudah nampak dan ditulis Kapo. Dari peta ini bisa ketahui bahwa Kampung Kapo merupakan kampung pedalaman. Kondisi geografis kampung Kapo bisa dideskripsikan sebagai berikut.

Untuk bisa ke Kampung Kapo hanya ada satu jalan setapak dari Toboali. Dan Kampung Kapo menjadi kampung terakhir karena setelah Kampung Kapo tidak ada lagi kampung lain lagi ke arah pesisir timur Pulau Bangka. Sebelah timur kampung terdapat hulu Sungai Bantam yang bermuara ke pesisir timur Pulau Bangka. Sebelah Tenggara terdapat Sungai Bantam. Sungai ini bercabang yang salah satu cabangnya di sebelah timur kampung.

Di sebelah barat daya kampung terdapat St. Paulusberg of Pajoong 1000 (gunung St. Paulus atau Pajang dengan ketinggian 1000 kaki), Sabang dan Toboali. Sebelah barat terdapat Kampoeng-Baroe yang terletak perlintasan jalan raya Serdang – Toboali. Selanjutnya sebelah utara terdapat Kampung Ringang, Kapo Lama, S. Kapo, Paija-Piaout, dan Kampung Pakko. Sebelah timur laut terdapat Kampung Tadjong Pao yang dekat dengan aliran sungai.

Potongan peta H. M. Lange, kondisi geografis Kampung Kapo (arah panah)

Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl

Dari peta di atas dapat ketahui bahwa selain ada Kampung Kapo, ada juga Kampung Kapo Lama yang dekat dengan aliran Sungai Kapo. Artinya ada dua kampung Kapo. Kampung Kapo yang pertama dihubungkan jalan setapak dari Toboali. Kampung Kapo kedua yaitu Kampung Kapo Lama yang tidak ada jalan setapak untuk akses ke kampung tersebut. Kampung Kapo Lama berada di sebelah selatan Sungai. Diduga akses jalan ke Kampung Kapo Lama menggunakan sungai dan transportasi menggunakan perahu. Sama halnya dengan Kampung Tandjong Pao. Tidak ada akses jalan setapak ke kampung tersebut karena kampung Tandjong Pao dekat dengan sungai.

Peta ketiga berjudul Kaart van het Eiland Banka (cartographic material) volgens de topograhische opneming    in dejaaren 1852 tot 1855 karya L. Ullman. Dalam peta ini juga terdapat tulisan Kapo. Yang pertama ditulis Kapo sebagai sebuah kampung dengan akses jalan setapak dari Sabang of Toboali. Berjarak relative dekat dengan Sabang of Toboali. Kapo yang kedua ditulis Pl. Kapo. Dalam legenda peta, Pl berarti Pankal dan ditandai dengan bulatan kecil berwarna putih yang diartikan sebagai kampung. Kampung Pl. Kapo berada di dekat Sungai Kapo. Akses jalan setapak bisa dari Kampung Kapo dan dari jalan raya Gadoeng – Sabang of Toboali.

Sebelah utara Kampung Kapo pertama terdapat G. Montaye dan sebelah barat terdapat Sabang of Toboali. Sementara itu sebelah timur Kampung Pl. Kapo terdapat aliran sungai dan T. Bantan serta pesisir timur Pulau Bangka. Sebelah barat terdapat jalan raya yang menghubungkan Kampung Bikang dan Kampung Baroe.

Kondisi Kampung Kapo dan Kampung Pl. Kapo dalam peta L. Ullmaan.

Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl

Dari peta ini bisa ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi objek penulisan ini adalah Pl. Kapo (Pangkal Kapo). Sebagai sebuah Pangkal, pemukiman non-pesisir ini sebagai tempat pendaratan nelayan dan bisa jadi saat itu Pangkal Kapo memegang peranan penting di kawasan pesisir timur Pulau Bangka bagian selatan mengingat di Pulau Bangka, kota-kota kuno pemukiman biasanya didirikan dekat di daerah pantai dan dekat muara sungai karena kota di Pulau Bangka pada umumnya berfungsi sebagai pelabuhan pendukung (freeder point) atau dalam Bahasa Bangka sering disebut Pangkal atau Pengkal. Pelabuhan pendukung (freder point) merupakan pusat perdagangan lokal kecil yang melayani entrepot-entrepot dan pusat pengumpulan regional yang penting (Elvian, 2011). Sedangkan Kapo yang lainnya menjadi Kampung Kepo Cina yang saat ini Kampung itu masih bisa dijumpai.

Peta keempat yaitu Kaart van het eiland Bangka Peta yang diterbitkan tahun 1898 dengan nomor seri D D 22,3 ini  dibuat oleh Stemfoot, J.W. Siethoff, J.J. ten, Eckstein, Charles. Dalam peta ini, Kampung kepoh ditulis Kepo. Akses jalan ke kampung ini bisa melewati dua Binnenweg (jalan pedalaman). Jalan pertama dengan melintasi jalan raya Toboali (Sabang) – Gadoeng). Jalan pedalaman itu tidak jauh dari Kota Toboali. Melewati G. Toboali, G. Moentai (323), Sungai Bantil dan Sungai Sereh. Jalan pedalaman kedua tidak jauh dari Kampung Gadoeng. Jalan pedalaman ini bertemu dengan jalan pertama kemudian sampai ke Kampung Kepo dan berakhir di Sungai Kepo. Dalam peta ini Kampung Kepo ditandai dengan tanda bulat hitam kecil yang dalam legenda peta berarti gewone plaats (tempat biasa/ kampung).                Kampung kepo yang dekat dengan sungai yang bermuara ke pesisir timur Pulau Bangka tidak jauh dari Lepar Straat (Selat Lepar) dan gugusan kepulauan Lepar. Sebelah selatan kampung terdapat Sungai Sereh. Kampung Kepo termasuk moeras (rawa-rawa) dari Sungai Kepo.

Potongan Peta tahun 1898 D D 22,3. Keadaan Kampung Kepo.

Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl

Peta kelima berjudul Kaart van het eiland Bangka D D 22,5 Tahun 1898 Shet 3.  Dalam peta ini Pulau Bangka dibagi ke dalam 19 administratieve endeeling (divisi administrasi). Kampung Kepo termasuk afdeelingen Zuid Banka yang terdiri dari districten Toboali, Koba dan Lepar-eiland dengan Onderdistricten meliputi 19. Toboali, 20. Oelim, 21. Koba, 22. Pring dan 23. Airnangkabara.

Kampung Kepo termasuk dalam wilayah districten Toboali (19) Onderdsitricten Toboali. Yang menarik dalam pet aini, Kampung Kepo ada dua dan diberi penomoran. Kampung Kepo 1 dan Kampung Kepo 2.

Kampung Kepo 1 mengarah ke jalan Sadai saat ini. Akses jalan berupa Binnenweg (jalan pedalaman). Jalan menuju ke Kampung Kepo 1 antara Kampung Gadoeng dan Toboali yang relative dekat dengan Toboali (Simpang Tugu Nanas sekarang). Jalan tersebut melewati Air Toboali, Air Maris, Air Kawa, Air Inas dan Air Kepo. Kampung Kepo 1 ditandai dengan bulatan kecil berwarna hitam Gewone Plaats (tempat biasa/ kampung).

Sebelum tiba di Kampung Kepo 1, jalan bercabang. Persimpangan pertama menuju ke Kampung kepo 1 dan persimpangan kedua tidak ada kampung hanya melintasi Air Inas. Selanjutnya dari persimpanngan menuju Kampung Kepo 1, sebelum kampung terdapat Binnenweg (per auto berijdbaar)/ Jalan dalam (dapat diakses dengan mobil) yang tembus ke persimpangan kedua. Melewati Kampung kepo 1, ada lagi jalan Binnenweg (per auto berijdbaar) yang tembus ke jalan persimpangan kedua dan jalan itu bercabang dan bertemu lagi dengan persimpangan kedua. Di jalan persimpangan kedua terdapat Binnenweg (per auto berijdbaar) yang tidak terlalu panjang. Di utara kampung terdapat Bt. Karpoeak, G. Moentai (323), Bt. Gangan, dan Bt. Kepo.               Jalan dari Kampung Kepo 1 masih berlanjut melewati Air Moentai, Air Amau, Air Selam, Air Lingkop, Air Serdang, Air Karak, Air Pehnis dan bertemu dengan jalan raya yang masuk mulai dari jalan raya Kampung Gadoeng – Toboali. Jalan masuk tersebut relative dekat dengan Kampung Gadoeng. Jalan tembus tersebut jika ke kanan menuju Kampung Kepo 2 dan jika ke kiri menuju kampung Rindik dan keluar ke jalan raya Gadoeng – Toboali.

Sebelum tiba di Kampung Kepo 2, melewati Air Kleti dan jalan berakhir setelah kmapung. Sebelah timur dan utara Kampung Kepo 2 terdapat Sungai Kepo yang bermuara di pesisir timur Pulau Bangka. Sebelah barat terdapat Air Penjaboeng, Air Pompong.

Potongan Peta Tahun 1898 D D 22,5 kondisi Kampung Kepo 1 dan Kepo 2.

Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/

Peta keenam berjudul Opgenomen door den Topografischen dienst in 1932 -1933 Blad 36/XXVII i D D 30,88. Reproductiebedrijf Toppgrafische dienst, Batavia 1936. Peta ini memuat topografi Kampung Rindik dan Kampung Kepo.

Untuk mencapai Kampung Kepo sebagai objek dalam tulisan ini bisa ditempuh dengan dua jalan. Kedua jalan itu masih jalan tanah (belum diaspal/ niet verharde weg). Jalan pertama masuk dari simpang kiri (dari Gadung) tidak jauh dari Bt. Gadoeng. Masuk simpang tersebut melewati hutan karet (rubber), kebun lada (Regelmatig aangeledge pepertuinen), Air Toboali, Air Tebatriang, Air Koba, dan Kampung Rindik. Tidak jauh dari Air Koba dan Air Tebatriang terdapat dua pendam cina (Chineesche graven) di sebelah kiri jalan. Kemudian berlanjut melewati banyak hutan karet dan kebun lada, Sungai Poempoeng dengan lima jembatan kecil (1 houten brug/ jembatan kayu dan 4 duiker of doorlaat van hout of bamboe/ gorong-gorong atau Lorong yang terbuat dari kayu atau bambu). Bagian hilir Sungai Poempoeng terdapat Air Mentangor dan Air Raboet. Air Sungai Peompoeng, Air Mentangor dan Air Raboet termasuk air niet gemeten (tidak diukur). Tidak jauh dari Air Mentangor terdapat ladang ume (ladang (tijdelijke nederzettingen met droge rijstvelden)) / Ladang (pemukiman sementara dengan sawah kering)).

Sebelum tiba di Kampung Kepo, ada TPU Islam (Inlandsche graven) di sebelah kiri jalan. Pemukiman penduduk Kampung Kepoh terbagi menjadi dua. Pemukiman pertama rumah penduduk sebelah kanan jalan lebih Panjang dibandingkan dengan pemukiman rumah penduduk sebelah kiri jalan. Ada satu jembatan kecil (duiker of doorlaat van hout of bamboo) di sepertiga pemukiman penduduk yang pertama. Dan ada lagi satu (duiker of doorlaat van hout of bamboo) di ujung kampung pemukiman pertama. Antara pemukiman pertama dan kedua dipisahkan oleh jembatan kecil (duiker of doorlaat van hout of bamboo), tanaman rumbia (moeraspalmen) dan drasland (lahan basah/ rawa-rawa/ bencah).                Pemukiman penduduk yang kedua mirip huruf T. Posisi masjid (mesigit) persis di tengah kampung. Pemukiman penduduk ke arah kiri lebih panjang dibandingkan dengan sebelah kanan. Ujung kampung sebelah kiri terdapat jalan setapak (votepad) yang bercabang yang menuju ke dua lokasi ume yang sangat luas. Lokasi ume pertama di kawasan Air Penjaboeng dan lokasi ume kedua di kawasan hulu Sungai Poempoeng.                Di pemukiman penduduk sebelah kanan terdapat satu jembatan kecil dan jalan berakhir di sungai. Sebelah kanan jalan terdapat dua gubuk/ pondok (bamboe gebouwen of huizen).

Jalan kedua supaya bisa ke Kampung Kepoh masuk dari ruas jalan Kampung Gadoeng – Toboali. (Tugu Nanas sekarang). Jalan terus melewati Air Toboali, Air Kepo, Kampung Kepotjina, mijn 1 (Bangka), Air Moentai, Air Telatsihab, Air Rerabe, Air Lingkoep, Mijn 2, Air Serdang, dan bertemu dengan ruas jalan Rindik – Kepoh. Sebelum bertemu ruas jalan Rindik – Kepoh, melewati rawa-rawa Air Penes. Terlihat jelas kawasan gugusan G. Moentai (292) yang terdiri dari G. Toboali (234,8), G. Batoepenjaber (179), G. Pandjang, Bt. Persoeng, Bt. Mentangor dan Bt. Kaboeng (116), Bt. Telang, Bt. Lingkoek (171), Bt. Tagen, merupakan kawasan hutan lindung (Grens B.W./ Boschwezen)

Potongan peta Topografi Kampung Kepoh tahun 1936

Sumber:  https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/

Peta ketujuh berjudul Soakbatoe. Peta dengan seri D D33,41 ini merupakan produksi dari L.H.Q. Cartographic Company Australian Survey Corps (LHQ. Korps Survei Australia Perusahaan Kartografi). Peta yang memuat topografi Kampung Kepoh, Kampung Rindik dan Kampung Tirem diterbitkan tahun 1945. Dalam peta ini kondisi topografi Kampung Kepoh bisa dideskripsikan sebagai berikut.                Dalam peta, Kampung Kepoh ditulis Kepoh yang merupakan kampung terakhir karena jalan berakhir di Sungai Kepoh. Akses jalan untuk bisa ke Kampung Kepoh sama dengan peta tahun 1936, bisa melewati dua jalan. Tidak ada perubahan berarti bila dibandingkan dengan peta sebelumnya (tahun 1936).                Terlihat Sungai Kepoh yang berkelok-kelok dan di sebelah utara kampung, pada sisi sebelah kanan dari muara sungai, terdapat Pangkalbetoeng. Sebelah timur laut Pangkalbetoeng terdapat Bt. Simpoer (31), Bt. Soakbatoe (62,5) dan Moedoeng. Kemudian di sebelah timur lautnya lagi terdapat Bt. Lesat (68).

Potongan peta topografi Kampung Kepoh tahun 1945

Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/

Potongan peta topografi Kampung Kepoh tahun 1945 yang memuat kawasan Bukit Soakbatu. Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/

Peta kedelapan yaitu peta tahun 1973. Peta ini berjudul Muara Kepoh. Peta ini dipetakan di lapangan pada Januari 1973 dan dicetak pada Juni 1973 (B 25,1). Peta ini lebih membahas tentang penggunaan tanah. Peta yang diproduksi oleh Departemen Dalam Negeri Direktorat Landuse (Tata Guna Lahan). Berdasarkan peta ini, sebelah timur pemukiman penduduk berupa tanah perkebunan. Selanjutnya sebelah barat berupa lahan kebun (sayuran dan campuran). Sebelah selatan dan barat daya berupa lahan perkebunan dan hutan. Tampak dalam peta ini, kampung di kelilingi hutan atau mungkin lebih tepatnya kelekak. Terlihat sejumlah lekukan Sungai Kepoh dari muara sungai. Dekat pemukiman penduduk dan ke bagian hulu, sungai relative lurus.

Potongan Peta Tahun 1973 tentang tanah di Kampung Kepoh dan sekitarnya
Sumber: https://digitalcollections.universiteitleiden.nl/

bersambung….

Exit mobile version