Kampung Permies: Kampung Tua dengan Pohon Buah Besar
Bekaespedia.com_Kampung Permies tampaknya sudah ada sejak zaman dahulu, jika dilihat dari pohon-pohon buah besar dan tua yang tumbuh di sana. Salah satu yang paling penting adalah pohon Kaboeng (Arenga saccharifera), yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pohon ini banyak ditemukan di sekitar kampung dan di kebun-kebun lama (klèka’s).
Cara Tradisional Mengolah Kaboeng di Bangka
Proses pengolahan pohon Kaboeng untuk menghasilkan gula aren di Bangka sedikit berbeda dibandingkan dengan cara di Jawa.
Tidak Membersihkan Batang Pohon
Di Jawa, batang pohon Kaboeng dibersihkan dari daun kering dan ijuk (gomuto) sebelum disadap. Namun, bagi masyarakat Bangka, ini dianggap terlalu merepotkan, sehingga mereka tidak melakukan pembersihan batang pohon.
Membangun Steling (Panggung)
Untuk menyadap nira, mereka menebang beberapa daun hijau yang masih hidup di bagian atas untuk membuat ruang kerja. Lalu, mereka membangun sebuah panggung kecil agar dapat berdiri dan bergerak dengan lebih mudah saat menyadap nira.
Cara Memanjat Pohon
Jika ada pohon lain di dekatnya, mereka lebih suka memanjat pohon tersebut terlebih dahulu. Kemudian, mereka mengikat dua batang kayu melintang sebagai tangga dan pegangan antara pohon Kaboeng dan pohon yang dipanjat. Jika tidak ada pohon di dekatnya, mereka harus membuat tangga darurat dari kayu bulat dan beberapa batang kayu melintang sebagai pijakan.
Metode Penyadapan Berbeda dengan Jawa
Di Jawa, tangkai bunga yang disadap dipotong lurus ke bawah. Di Bangka, tangkai bunga dipotong mendatar, lalu dibungkus dengan Opie (seludang pinang – Areca catechu) sehingga membentuk saluran kecil yang mengarahkan nira ke wadah penampung.
Wadah Penampung Nira
Biasanya menggunakan tempayan keramik kasar dari China yang telah diglasir. Jika tidak tersedia, bambu berongga juga bisa digunakan seperti di Jawa.
Mencegah Hewan Pencuri
Untuk melindungi nira dari monyet, musang (Muesang), tupai (Toepai), dan hewan lainnya, wadah penampung ditutup dengan keranjang yang diikat erat.
Waktu Penyadapan
Nira dikumpulkan dua kali sehari:
- Pagi-pagi sekali
- Sore hari antara pukul 5–6
Mencegah Nira Menjadi Asam
Setiap wadah penampung diberi sepotong akar kawauw (Milletia sericea), seperti yang juga dilakukan di Jawa. Akar ini memiliki panjang sekitar setengah kaki dan harus dipukul-pukul terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam pot.
Proses Penggantian Wadah Nira
Setiap tandan bunga jantan (tangan) memiliki dua wadah nira:
- Satu untuk menampung nira yang sedang disadap.
- Satu lagi sebagai cadangan untuk mengganti wadah yang penuh.
Proses penggantian dilakukan sebagai berikut:
Wadah kosong diisi dengan air bersih dan diikat dengan tali yang sebelumnya telah dipasang di atas pohon. Setelah memanjat pohon, penyadap menarik tali untuk mengangkat wadah air bersih ke atas. Wadah berisi nira (Lègén) diturunkan perlahan menggunakan tali. Tandan bunga jantan dibersihkan dan dicuci menggunakan air dari wadah yang baru diangkat. Wadah kosong yang sudah dicuci dipasang kembali, ditutup dengan penutup, dan diikat erat agar aman dari gangguan hewan.
Proses Pembuatan Gula Aren di Bangka
Berbeda dengan Jawa, di Bangka tidak ada bahan tambahan dalam proses memasak nira (Lègén). Di Jawa, sering ditambahkan kemiri (Aleurites moluccana) untuk mencegah nira meluap saat direbus. Di Bangka, masyarakat lebih suka menggunakan wadah memasak yang jauh lebih besar, seperti wajan besi berukuran besar (wadja/kwalie). Di beberapa daerah, mereka juga menambahkan kulit kayu Resak (Vatica bancana) selama proses memasak.
Proses perebusan ini tidak dilakukan di dalam rumah, melainkan di dapur terbuka khusus yang memiliki atap sederhana dan tungku tanah untuk memasak. Gula aren yang dihasilkan memiliki warna yang bagus, tekstur yang kering dan padat, serta dapat dicetak dalam berbagai ukuran sesuai keinginan.
Nilai Ekonomi Pohon Kaboeng
- Satu pohon Kaboeng yang baik bisa menghasilkan ratusan gulden.
- Kaboeng lebih bernilai dibandingkan pohon kelapa.
- Meskipun lebih mudah ditanam dibandingkan kelapa, masyarakat lokal tidak terlalu tertarik menanamnya secara sistematis, sehingga banyak lahan subur yang dibiarkan kosong atau pohon-pohon tumbuh terlalu rapat.
Selain produksi gula, ijuk dan jamur Kawoel (sejenis jamur pada batang Kaboeng) jarang dimanfaatkan.
Penyebaran Pohon Kaboeng di Bangka
Pohon Kaboeng banyak ditemukan di distrik Djeboes, Belinyu, Sungailiat, dan wilayah lainnya di Bangka. Di daerah Rawang, pohon Kaboeng jarang ditemukan. Pohon ini baru mulai banyak tumbuh di wilayah Pangkalpinang dan semakin melimpah ke arah selatan.
Budidaya Kopi di Bangka
Pohon kopi dapat ditemukan di semua kampung, kemungkinan dahulu ditanam karena adanya perintah dari pihak berwenang.
- Secara umum, kopi tumbuh cukup baik, meskipun kurang mendapat perhatian dari penduduk setempat.
- Banyak pohon kopi terhimpit oleh pepohonan besar lainnya, sehingga kurang mendapat sinar matahari yang cukup.
- Masyarakat Bangka tidak memiliki kebiasaan minum kopi, tetapi mereka bisa menjualnya dengan harga bagus di Pangkalpinang.
- Namun, mereka jarang mau memetik buah kopi, sehingga biji kopi yang jatuh ke tanah tumbuh menjadi bibit baru di bawah pepohonan besar.
Penduduk tampaknya khawatir bahwa pemerintah akan menerapkan sistem tanam paksa untuk kopi, yang meskipun menguntungkan, tetapi akan meningkatkan beban kerja mereka.
Budidaya Sirih di Kampung Permis
Tanaman Sirih (Chavica Betle) di Kampung Permis ditanam dengan cara yang tidak biasa.
- Tanaman ini dibiarkan merambat pada pohon-pohon tinggi yang tidak terlalu rimbun, sehingga bisa tumbuh hingga 50 kaki dan menyelimuti pohon inangnya.
- Memanen daun sirih bisa menjadi pekerjaan yang sulit:
- Jika daun masih dalam jangkauan, mereka dapat dipetik menggunakan alat berbentuk garpu pada batang panjang, meskipun sering kali ranting juga ikut terlepas.
- Jika daunnya tumbuh lebih tinggi, harus dibuat tangga dari batang pohon yang memiliki cabang untuk dipanjat.
Di beberapa tempat lain, sirih dibudidayakan dengan cara yang lebih efisien.
- Tanaman ditanam pada tiang horizontal setinggi sekitar 6 kaki, sehingga dapat tumbuh dengan luas dan subur, serta mudah dipanen.
- Varietas lain dari sirih, yaitu Chavica sp. (Boewa-Sirie), yang buahnya dapat dimakan, juga ditemukan di beberapa kampung.
Potensi Pertanian di Bangka
Bangka memiliki iklim dan tanah yang sangat cocok untuk berbagai jenis tanaman.
- Namun, penduduk lokal kurang berminat dalam mengembangkan pertanian, kecuali jika ada dorongan atau paksaan dari pihak luar.
- Mereka memiliki rasa ingin tahu, tetapi tidak suka perubahan.
- Mereka enggan memulai usaha baru yang membutuhkan pekerjaan tambahan, kecuali jika benar-benar terdorong atau diwajibkan.
Mereka berkata dengan sederhana: “Nenek moyang kami juga melakukannya seperti ini, dan kami tidak tertarik untuk mengubahnya.” Namun, orang-orang Bangka adalah orang yang baik dan penurut, yang dapat diarahkan dengan baik di bawah kepemimpinan yang tepat.
Keamanan dan Perubahan di Bangka
Masa-masa sulit di masa lalu kini telah berakhir. Dahulu, penduduk menderita akibat serangan bajak laut dan pemberontak. Meskipun jumlah pemberontak tidak banyak, mereka memaksa penduduk untuk bergabung melalui ancaman dan ketakutan. Kini, kenangan akan penderitaan itu mulai memudar.
Salah satu kebijakan penting adalah memindahkan semua kampung ke sepanjang jalan utama, serta menghapus semua tempat persembunyian di dalam hutan. Kampung-kampung yang dulu tersembunyi di pedalaman ditinggalkan, menciptakan Klèka’s (perkampungan yang kini terbengkalai). Langkah ini memungkinkan pemulihan ketertiban dan disiplin, mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kini, seluruh pulau menikmati kedamaian dan ketertiban. Semua perintah dipatuhi dengan disiplin. Bajak laut tidak lagi menjadi ancaman, berkat pengawasan ketat dari angkatan laut. Pemberontakan pun sulit terjadi, karena pemerintah dapat dengan mudah melacak siapa pun yang melarikan diri atau memiliki niat buruk.
Meningkatkan Kesejahteraan Penduduk
Melihat situasi ini, populasi yang terus bertambah, tanah yang perlahan-lahan terkuras, serta hutan asli yang mulai menghilang, sudah saatnya dilakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan melindunginya dari kekurangan serta kelaparan.
Pengembangan Pertanian di Bangka
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membangun sawah atau ladang padi beririgasi. Selain itu, beberapa jenis tanaman dapat diperkenalkan atau diperluas, seperti:
Gambir (Uncaria Gambir)
Di beberapa daerah, terutama di Pangkal Pinang, tanaman gambir telah memberikan hasil luar biasa. Namun, di distrik lain tanaman ini kurang berkembang atau bahkan tidak ada sama sekali. Gambir dari Bangka memiliki kualitas unggul dan sangat dicari di pasaran. Budidayanya pun mudah karena tidak perlu menanam dari biji—cukup dengan memotong batang dan menanamnya di tanah, lalu dalam waktu singkat akan tumbuh dengan baik.
Namun, masalah terbesar adalah kemalasan masyarakat Bangka. Saya melihat perkebunan gambir yang subur, tetapi terlalu rapat dan dipenuhi gulma serta tanaman liar. Daun-daunnya tidak dipanen tepat waktu, sehingga hasil yang diperoleh jauh lebih rendah dari yang seharusnya. Proses perebusan daun gambir juga kurang optimal.
Penduduk Tionghoa dari Riau mungkin bisa memberikan bimbingan yang lebih baik, karena mereka. Mengandalkan gambir sebagai mata pencaharian utama. Mendapat bimbingan ketat dari para pemberi modal, sehingga mereka lebih disiplin dalam mengelola perkebunan.
Sahang (Piper nigrum) atau Lada Hitam
Di Bangka, istilah Sahang kadang juga digunakan untuk Tjabé (Capsicum, atau cabai merah). Beberapa tanaman lada ditemukan tumbuh secara sporadis. Meskipun kurang terawat, lada tetap berbuah dengan baik, sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam skala lebih besar.
Di Riau, petani Tionghoa sering menanam gambir dan lada dalam satu kebun. Mereka menggunakan limbah gambir dan abu hasil pembakaran sebagai pupuk alami untuk lada. Metode ini menghasilkan tanaman yang lebih subur dan produktif. karena di Bangka tanahnya tidak terlalu miskin seperti yang digunakan di Riau.
Potensi dan Tantangan dalam Budidaya Tanaman di Bangka
Lada Hitam (Sahang – Piper nigrum)
Di Riau, penduduk Tionghoa menanam lada bersama gambir dalam satu lahan, menggunakan limbah gambir dan abu hasil pembakaran sebagai pupuk alami. Di Bangka, tanahnya lebih subur, sehingga tidak perlu pemupukan sebanyak di Riau.
Kakao (Theobroma cacao)
Tumbuh sangat baik di tanah berpasir lepas yang tidak terlalu miskin unsur hara.
Kapas (Gossypium indicum)
Tidak ditemukan di Bangka, kecuali beberapa semak kapas Fernambuk (Gossypium vitifolium). Iklim sedikit lembap, tetapi di musim kemarau kapas bisa tumbuh dengan baik di tanah yang gembur.
Untuk mengembangkan pertanian di Bangka, diperlukan pengawasan tenaga ahli Eropa. Para pejabat administratif distrik sudah terlalu banyak tugas. Sebaiknya diangkat satu atau lebih pengawas khusus untuk mengontrol pertanian.