Mengungkap Tabir Sejarah Desa Kepoh Toboali dalam Lensa Waktu Bagian 1

Asal Muasal Desa Kepoh dan Kepoh Dalam Masa Penjajah,

Oleh : Marwan Dinata S.Pd.SD

PENDAHULUAN
Desa Kepoh Toboali, tersembunyi dengan pesona alamnya, adalah suatu tempat yang unik dan memiliki peran penting di ujung selatan Bangka Selatan. Dengan keberadaannya sebagai desa pelabuhan, Kepoh Toboali telah menjadi pintu gerbang utama bagi siapa pun yang ingin menjelajahi keindahan dan kekayaan wilayah ini.

Sejak zaman dahulu, Desa Kepoh Toboali telah menjadi saksi bisu perjalanan laut yang membentang luas di sekitarnya. Sebagai pelabuhan, desa ini bukan hanya tempat persinggahan bagi kapal-kapal yang berlayar di perairan sekitarnya, tetapi juga menjadi saksi perkembangan dan perubahan di sepanjang garis pantai Bangka Selatan. Sebagai pintu gerbang utama,

Desa Kepoh Toboali telah berperan penting dalam memfasilitasi hubungan antarwilayah dan perdagangan Seperti Lepar Pongok, Belitung dan Kapal kapal asing yang berlayar di selat gaspar (Gaspar strait ) untuk berlindung dari cuaca yang sangat ekstreme di selat gaspar dan mengisi ransum mereka. Jejak-jejak ini terabadikan dalam cerita para pelayar yang pernah singgah kedesa ini, serta dalam peristiwa-peristiwa sejarah yang mewarnai perjalanan panjangnya.

Desa Kepoh Toboali diberkahi dengan karunia alam yang melimpah. sungai yang memanjang dan mengalir dengan indah. Sepanjang perjalanan yang meliuk-liuk, sungai ini bukan hanya menjadi fitur geografis, tetapi merupakan urat nadi kehidupan ke setiap sudut desa. Keberadaan sungai panjang ini juga menjadi penyelaras ekosistem. Pohon-pohon rimbun di tepian sungai memberikan tempat perlindungan bagi berbagai spesies fauna dan flora.

ASAL MUASAL DESA KEPOH
Desa kepo sudah ada semenjak lama berdasarkan bukti tertulis dari sebuah peta lama yang di buat oleh MH.Chourt Kepo sudah ada di tahun 1821 dengan menggunakan kata Kuppo. Kuppo kemudian berubah menjadi Kapo pada kart tahun 1885 dalam Kaart Van Heit Eiland Dari gambar yang saya tunjukan tampak sekali secara detailnya

Desa Kepoh, yang sebenarnya bermula dari Kuppo, Kapo, Kepo, hingga akhirnya berkembang menjadi Kepoh, menyimpan sejarah yang panjang. Pergantian dari Kuppo menjadi Kapo dan kemudian Kepo membawa cerita transformasi dan adaptasi desa ini. Nama “Kepo” sendiri memiliki arti dan makna tersendiri, Kappo atau kepoh diambil dari kata Kaap yang artinya Ujung ( dalam legenda Kaart Van Het Eiland Kaap atinya Oedjung ) Dalam hasa Ingris Cape yang artinya Tanjung karena memang sebagai kota pelabuhan paling ujung sekali di kota Bangka Selatan.

Beredar dari mulut kemulut penggunaan kata kepo berasal dari bahasa melayu yaitu kepo. Kepo dalam melayu berarti Warna air yang keruh seperti abu abu. Ini bukan tanpa alasan karena disebabkan oleh warna air yang terdapat disungai kepoh memang keruh tidaklah bening.

Ada lagi penamaan kepo berasal dari sebuah pohon yang bernama Pohon Kepuh atau nama lainnya adalah Kelumpang mengutip dari Wikipedia, memiliki nama ilmiah Sterculia foetida, dengan sinonim Clompanus foetida Kuntze, dan Sterculia mexicana var. guianensis Sagot. Atau nama lainnya adalah Pohon Kelumpang yang banyak terdapat di desa Kepoh

Jadi sebenarnya Kepoh ini merupakan bagian dari distrik Toboali pada masa Hindia belanda disebut sebagai distrik Toboali – Kepo. Pada masa kesultanan suhunan sultan mahmud bahaudin ( 1776-1803 ) Tepatnya pada tahun 1792-1793 didekat sungai Kepoh berdiri kubu pertahanan yang dikenal dengan nama Benteng MOELOET sebagai benteng milik kesultanan Darusasalam Palembang yang dikuasai oleh Lanun sampai ke pesisir barat pulau bangka termasuk Toboali bahkan sampai ke Pakuk .( Dato Akhmad Elvian )”.

Sungai Kepoh memiliki daya tarik khusus karena airnya yang dalam, memungkinkan kapal-kapal melintasi perairannya dan mencapai daratan. Keunikan ini memberikan kelebihan yang signifikan dan menjadikan Kepoh sebagai daerah yang sangat strategis untuk fungsi pelabuhan. Dalam konteks ini, Sungai Kepoh bukan hanya menjadi jalur air, tetapi juga menjadi pembuka pintu bagi konektivitas antara kota ini dengan kawasan sekitarnya.

Keadaan air yang dalam di Sungai Kepoh membuatnya menjadi jalur yang dapat dilewati kapal-kapal, yang kemudian menciptakan kondisi ideal untuk berlabuh dan memuat atau membongkar muatan. Inilah yang menjadikan Kepoh sebagai pusat aktivitas pelabuhan yang sangat penting di masa lalu. Penduduk pesisir Selatan dengan bijak memanfaatkan satu-satunya jalur masuk ini untuk menjembatani kehidupan mereka dengan pusat perdagangan dan ekonomi di Kepoh. Jadi sebelum adanya pelabuhan sadai dibuka pada tahun 1990 pusat transit atau pelabuhan bangka selatan adalah sungai kepoh.

1. Kepoh Dalam Masa Penjajah

Desa kepoh adalah sebuah desa yang dahulunya merupakan masyarakat nelayan serta penduduk asli Bangka yang bertani . Tetapi tidak hanya itu saja karena maerupakan kota Transit banyak sekali masyarakat berdatangan di desa Kepoh.

Sebagai kota transit sudah pasti banyak yang datang ke Desa Kepoh dengan berbagai macam alasan dan kebutuhan masing. Penduduk asli Kepoh adalah orang Melayu Bangka, berasal dari Toboali dan sekitarnya. Pada awalnya, mereka adalah nelayan dan berkebun. Namun, pada Abad ke-17, terjadi aktivitas pertambangan timah di wilayah tersebut, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Mahmud Bahaudin (1776-1803) dari Kesultanan Darussalam Palembang.

Pada tahun 1666, diberlakukan peraturan Sindang Mardeka, yang mengartikan wilayah Sindang sebagai wilayah perbatasan yang merdeka. Dalam konteks ini, wilayah Sindang tidak dipungut pajak, melainkan dikenakan pemberian seserahan atau tiban oleh masyarakat Bangka kepada Kesultanan Darussalam Palembang. Pemberian Tiban ini merupakan tanda pengakuan, penghormatan, dan ketundukan terhadap kekuasaan raja.

Pemberian tiban dilakukan dalam bentuk timah seberat 50 kati, di mana 1 kati setara dengan sekitar 6,,25 ons atau totalnya sekitar 50 Kg. Setiap tahun diberikan kepada Kesultanan Darussalam Palembang sebagai tanda penghargaan dan pengakuan atas perlindungan yang diberikan oleh kesultanan kepada masyarakat Bangka. Sebagai imbalan, sebagian penduduk Kepoh beralih ke sektor pertambangan, sementara sebagian lainnya tetap menjalankan pekerjaan tradisional mereka.

Di daerah Kepoh, yang juga menjadi lokasi aktivitas penambangan timah oleh pihak Hindia Belanda, langkah-langkah untuk mengamankan wilayah tersebut diambil oleh Lanun “Moeloet pada tahun 1792-1793”. Benteng ini awalnya Milik kesultanan Palembang peran sebagai pusat penampungan timah serta pos keamanan yang sering disebut sebagai “Kubu”.

Benteng Moeloet menjadi tempat sentral untuk menyimpan hasil penambangan timah yang dikumpulkan dari daerah sekitarnya. Fungsinya tidak hanya terbatas sebagai gudang penyimpanan, tetapi juga berperan sebagai pos ken untuk mamanaelindungi wilayah tersebut dari potensi ancaman atau gangguan dari pihak luar. Benteng Moeloet itu sendiri datanya sangat sedikit sekali menurut data yang literasi yang didapatkan benteng ini berada di tepi sungai Kepoh. Walau tidak sebesar benteng Toboali. Pada periode sejarah tersebut, Desa Kepoh, yang terletak di wilayah distrik Toboali, berada di bawah kekuasaan Raden Keling.

Raden Keling adalah tokoh atau penguasa lokal yang memiliki kendali politik di wilayah tersebut. Namun, pada suatu waktu, Desa Kepoh dan wilayah sekitarnya mengalami pergolakan yang signifikan ketika masuknya Hindia Belanda, melalui VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie)yang berhasil merebut kekuasaan Toboali serta gangguan dari Perompak laut ( Lanun ) .

Dalam menentang penjajahan Belanda, Raden Keling dan Raden Ali menunjukkan keteguhan hati dan keberanian yang luar biasa. Mereka memilih jalur perlawanan yang tak kenal lelah dengan merampas bijih timah dari tangan penjajah Belanda melalui jalur darat. Tidak berhenti pada itu, mereka merencanakan langkah strategis dengan menjual timah hasil rampasan ke Belitung Dibantu Oleh Depati Rahat untuk mendapatkan senjata Pertukaran Timah oleh raden Keling dengan Senjata

Perlawanan ini mencapai puncaknya ketika Raden Keling dan Raden Ali memutuskan untuk bertahan di Pulau Panjang Penutuk dan Pulau Tinggi. Pertempuran Besar yang terjadi di Pulau Tinggi, bersama anak Raden Muhammad Ali, menjadi klimaks dari perjuangan mereka. Meskipun penuh tekad dan semangat perlawanan, pertempuran itu membawa kesedihan yang mendalam dengan kematian Raden Keling. Seiring runtuhnya Darussalam Palembang yang dikuasai oleh VOC, perjuangan mereka menghadapi tantangan yang semakin berat. Kematian Raden Keling di Pulau Tinggi menjadi penanda akhir dari perlawanan yang telah berlangsung lama..

VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) cenderung memilih jalur laut atau sungai sebagai opsi utama untuk transportasi di wilayah Kepoh. Namun, perjalanan melalui jalur laut tidak berlangsung dengan mudah. Konvoi pengangkutan bijih timah sering menjadi sasaran serangan pasukan Lanun (Ilanun), kelompok perompak laut yang beroperasi di kawasan tersebut yang dikepalai Oleh Ilanun .

Penyelundupan timah pada masa lalu menunjukkan adanya aktivitas ekonomi yang kompleks dan kadang-kadang tidak terikat pada aturan pemerintah kolonial. Dalam istilah dikenal dengan nama Smokel ( penyelundup ) Pada masa di mana penjualan timah diatur oleh pemerintah kolonial, penduduk asli Bangka menemukan jalur alternatif untuk menyelundupkan timah mereka ke daerah seperti Bangka, Belitung, dan Singapura melalui jalur Kepoh.

Penggunaan Desa Kepoh sebagai jalur penyelundupan timah juga menyoroti peran cukong Cina atau pedagang Tionghoa (Thongyin) dalam memanfaatkan situasi tersebut. Mereka mungkin menggunakan Desa Kepoh sebagai titik transit untuk menjual timah dalam bentuk pasir timah, menghindari aturan yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial terkait penjualan timah.

Bajak laut, dengan berani dan licik, membawa hasil rampasannya ke lewat sungai Kepo. Di sana, mereka menjalin hubungan dengan penduduk setempat atau pihak yang berkepentingan untuk melakukan pertukaran barang. Rampasan yang mereka bawa, seperti hasil perompakan, dijual kepada penduduk setempat atau ditukar dengan kebutuhan hidup, termasuk mungkin senjata atau barang-barang lain yang dapat mendukung aktivitas bajak laut.

bersambung…

Exit mobile version