Oleh: Khikanza Liga Kirana (SD Negeri 3 Namang)
Sejauh matanya memandang, ia hanya melihat lautan biru nan tenang yang sesekali di bawahnya terlihat perbukitan hijau. Steven bersama ayah dan ibunya sedang berada di pesawat untuk menuju ke kampung halaman ibunya. Sepanjang ingatannya kampung halaman ibunya sangatlah ramai oleh para turis, oleh karena itu desanya yang dikeliling laut yang cantik, tak heran banyak wisatawan domestik dan mancanegara berdatangan ke sana.
Mereka disambut hangat oleh paman Bima kakak dari ibu Steven, sepajang perjalanan darat menuju rumah paman Bima, mata mereka dimanjakan oleh pemandangan yang sungguh luar biasa indah. Udara bertiup halus seakan sedang menyairkan sebuah lagu merdu, pohon kelapa dan rumput ilalang pun melambai-lambai.
“Ah indahnya,” gumam steven dalam hati.
Steven sangat menyukai perasaan menyenangkan ini, mereka diajak berkeliling oleh sepupunya yaitu Kevin dan Kirana. Mereka bermain di tepi pantai dan membuat istana pasir yang dihiasi kerang-kerang kecil yang indah. Namun itu sangat berbeda bagi Steven, dulu pantainya yang bersih sekarang sudah tidak secantik dulu. Saat steven sedang melihat sekelilingnya ia tidak sengaja melihat cahaya kecil di kejauhan.
“Teman-teman lihat ada cahaya kecil! Ayo kita kesana!” seru Steven kepada kedua temannya.
Mereka pun berlari menuju arah cahaya yang ditunjuk oleh Steven. Sesampainya di dekat cahaya mereka melihat lorong yang belum pernah mereka lihat. Kevin mengajak kedua temannya untuk masuk ke lorong tersebut, tapi kirana tampak ragu-ragu.
“Kita kan belum tahu ada apa di lorong itu, aku takut,” ucap kirana
Steven pun meyakinkan Kirana bahwa di lorong itu tidak ada apa, dan mereka akan selalu bergandengan tangan. Kirana pun menyetujui ajakan mereka. Kevin dan Steven berjalan masuk dengan langkah yang hati-hati dan lambat untuk menuju ke dalam lorong diikuti Kirana di belakangnya. Sesampainya mereka di ujung lorong, cahaya itu semakin terang dan tiba-tiba mereka seperti ditarik oleh cahaya tersebut. Saat Kevin mencoba untuk membuka matanya ia sesekali melihat ke kiri dan kanan untuk mencari ke dua temannya, begitupun dengan Steven dan Kirana. Sedetik kemudian mata mereka terpana dengan pemandangan yang ada di depan mata mereka, istana yang megah yang dihiasi kerang-kerang kecil yang indah di dinding istana tersebut.
“Istana ini sangat mirip dengan istana yang pernah kita buat teman-teman, tapi ini sangat megah dan besar! Wow,” ucap Kevin sambil melangkah menuju kedalam istana.
Istana yang megah dikelilingi dengan tanaman laut banyak hewan laut yang mereka temui di sana seperti kuda laut, ubur-ubur, dan berbagi jenis ikan, dan kura-kura. Terumbu karang dengan berbagai jenis dan warna. Membuat keindahan di istana bawah laut.
Kevin berseru, “kita sedang berada di istana bawah laut teman-teman.”
“Selamat datang di istana kami, Istana Atlantis!” sambut para kuda laut.
Mereka diarahkan ke suatu ruangan yang ternyata terdapat seorang putri duyung yang sedang terbaring sakit.
“Ada apa dengan putri duyung itu, kenapa ia seperti sedang kesakitan?” tanya Kirana kepada kuda laut.
“Dia adalah ratu kami, namanya Ratu Elly, ia sedang sakit akibat ulah manusia yang tidak bertanggung jawab atas sampah plastik mereka,” jawab salah satu kuda laut dengan nada getir.
Sebelum mereka pulang ada hal yang penting untuk disampaikan oleh salah satu kuda laut, “tolong sampaikan pesan ini kepada warga di desa kalian bahwa jangan lah membuang sampah di laut itu bisa merusak ekosistem dan kehidupan biota laut lainnya.”
Setelah berbincang -bincang dengan kuda laut mereka di ajak berkeliling istana dan mereka juga diajak makan bersama.
“Makanannya enak sekali ya, hmmm aku jadi kenyang,” ucap Kevin sambil mengelus perutnya.
“Dasar tukang makan,” ejek Kirana kepada kakaknya Kevin.
Setelah puas berkeliling mereka diantar pulang menggunakan kereta kuda laut yang didandani dengan lonceng dan rumput laut. Sesampainya mereka di rumah, mereka menceritakan petualangan yang tak terduga mereka kepada keluarganya dan teman-teman mereka lainnya, namun satu hal yang pasti mereka akan mengajak warga untuk membersihkan sampah yang berserakan di tepi pantai, mereka mulai dari hal kecil mulai dari memungut sampah yang berserakan di tepi pantai dan menyiapkan tempat sampah dan membuat papan himbauan agar tidak ada lagi yang membuang sampah pada tempatnya.
Melihat tiga sahabat tersebut lama kelamaan warga turut membantu dan berbuat andil terhadap lingkungan mereka. Mereka yakin hal-hal yang mereka lakukan akan berdampak besar bagi lingkungan pantai, pantai mereka pun bersih dan kembali cantik, pantai mereka juga sudah banyak wisatawan yang berdatangan kesana selagi pantainya masih bersih. (BP/KM)*
Tulisan ini merupakan karya peserta Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tahun 2025 tingkat Kecamatan Namang.












