Potret Hidup Durahim bin Tahir; Sang Penyalin Manuskrip Bangka (Habis)

(alm) Durahim bin Tahir

Oleh : Suryan Masrin (Guru, Pemerhati Manuskrip Bangka dan Sejarah Lokal )

Orang Yang Pernah Berguru

Secara umum beliau tidak memiliki murid yang khusus, karena memang ia tidak mengajarkan ajaran tersebut kepada semua orang, sebagaimana telah disebutkan di atas hanya mereka yang mendapatkan berahi saja. Beliau hanya sekedar mengajarkan kepada anak-anaknya saja, tanpa ada pengkhususan. Anaknya yang sedikit mengikuti jejak beliau adalah anaknya yang tertua, yakni Abdullah Sani. Itupun hanya sekedar dalam hal pengamalan Ibadah, tidak dalam hal tulis menulis Arab Melayunya.

Dalam perjalan waktu, suatu ketika dua tahun sebelum beliau wafat ada seeorang yang sempat belajar dan berguru kepada beliau. Seorang yang pernah berguru dan belajar kepada beliau tersebut adalah Alikan. Alikan belajar dan berguru kepada Durahim bin Tahir setelah dapat informasi dari temannya, yang orang tuanya berasal dari Keranji dan merupakan teman dari Durahim bin Tahir yang sama-sama tinggal di bendul. Ia belajar dua tahun sebelum beliau wafat, yakni dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1998.

Menurutnya, pokok ajaran yang diajarkan adalah tentang fikih, tauhid, dan tasawuf. Berkaitan dengan masalah fikih, yang ajarkan fokus pada syarat sah dan batal dalam beribadah, sedangkan dalam hal tauhid adalah berkaitan tentang masalah 20 sifat wajib dan 20 sifat mustahil bagi Allah, satu yang harus bagi Allah, empat yang wajib bagi Rasul, empat yang mustahil bagi rasul, dan satu yang harus bagi rasul. Untuk tasawuf sendiri berkaitan dengan ilmu tentang hal-hal yang tercela pada syara’ dan pada batin (pembersihan diri).

Gaya Pengamalan Islam

Gaya atau bisa disebut juga dengan aliran yang digunakan/dipakai oleh Durahim bin Tahir dalam pengamalan atau menjalankan ajaran agama Islam mengarah kepada tarekat Naqsyabandiyah dan Samaniyah. Untuk gaya ajarannya memakai tarekat naqsyabandiyah yang diajarkan oleh Encik Ismail di Mentok yang kemudian diajarkan kepada Haji Batin Sulaiman hingga turun ke anak keturunannya, selain itu juga diikuti dengan tarekat sammaniyah.

Dalam belajar dan pengajarannya, Durahim bin Tahir selalu menggunakan tulisan Arab Melayu. Alasan menggunakan tulisan tersebut, menurut penuturan Alikan karena dengan memakai tulisan tersebut tidak banyak memakai kertas, sedangkan bila menggunakan tulisan latin (yang masih bercorak huruf sambung) tentu boros dalam pemakaian kertas. Selain itu, bila menggunakan tulisan Arab Melayu atau Arab Gundul lebih mengena dalam belajar agama tersebut, karena menggunakan huruf arab, juga agar mendapatkan berkah

Buah Karya

Durahim bin Tahir mulai menulis manuskrip sejak ia tinggal dan bekerja di kampung Bendul. Hal ini ia lakukan karena ia tinggal di komplek perumahan karyawan Tambang Timah Bangka (TTB) di UPTB Bendul yang telah ada seterum (listrik/penerangan) yang dipasang oleh perusahaan tersebut. Dari situlah berawal ia menulis atau menyalin manuskrip yang beraksara Arab Gundul (Jawi) tersebut sampai ia pensiun dan tinggal di kampung Berang hingga ia wafat.

Untuk karya yang merupakan buah dari pemikiran dari beliau tidak penulis temukan secara khusus. Artinya beliau tidak membuat sebuah karangan karya sebagaimana tokoh-tokoh agama lainnya, seperti hal membuat sebuah kitab yang merupakan hasil karya buah dari pemikiran tokoh tersebut.

Dari penelusuran penulis, ia hanya menyurat atau menyalin ulang dari kitab-kitab yang telah ada untuk diperbanyak demi keperluan belajar. Di antara buah karya manuskrip hasil dari tulisan atau salinan yang ia tulis adalah sebagai berikut, sebagaimana yang telah penulis kumpul dan dapatkan dari anak-anaknya dan orang yang telah belajar kepada beliau:

Manuskrip yang berisi tentang rahasia hakikat sembahyang

Manuskrip yang berisi tentang do’a-do’a dan shalawat

Manuskrip yang berisi tentang terjemah hadits rasulullah mengenai ma’rifatullah

Manuskrip yang berisi tentang risalah turunnya silsilah tareqat infasiyah naqsyabandiyah

Manuskrip yang berisi tentang bintang tujuh (panduan perjalanan menurut ilmu falaq)

Disarikan dari buku Durahim bin Tahir; Sang Penulis Manuskrip Arab Melayu dari Kampung Peradong.

Exit mobile version