Pagi Matahari
Cangkir-cangkir kosong, bersih, bening lagi jauh
Terhindar dari virus-virus manas
Tergantung berderet-deret di rak dapur
Menunggu sang koki
Mengucurkan kopi pengetahuan
Ginasthelnya teh harapan, kenyataan juga masa depan
Yang berkelindan jadi satu tujuan
Mencapai garis finish
Garis_garis yang setiap saat lenyap
Jadi debu
Atau menjadi titik-titik
Embun
Menitik pelan-pelan terbawa sunyinya malam
Kadang menetes satu-satu di daun keladi
Tuk menanti si kumbang jangan
Meneguk air kehidupan lebih dalam
Membersamai
Malam-mal sunyi
Maupun di keramaian kota raya
Yang menyesakkan dada
Begitulah dualisme keadaan yang tak kan pernah berakhir
Berhenti dalam anganmu
Anganku
Asa mereka
Untuk menghentikannya
Sejenak
Istirah sebentar
Waktu terus berputar sesuai dengan pola-pola algoritma
Maupun hukum Newton
Apakah kau ingin jeda, jalan, berhenti dan kemudian ngebut
Bagaimana mata anak panah lepas dari busurnya
Terserah-serah anda
Yang melesat bak kilat menyambar
Seperti hari ini
Namun aku hanya bisa berjalan menyemut merah
L. A. Ndalem Perwito Atmajan, 10062025 06.50
Sebatang Rokok
Kupandangi wajahmu yang memerah saga
Putih mulus lagi lencir menipis
Di titik ungunya rindu
Kunikmati benar harum wangi tubuhmu
Hingga dopamin menjalar ke seluruh tubuh
Kata-kata pun kehilangan daya
Makna
Tak mampu mengungkapkannya
Baik dengan lisan maupun tulisan
L. A. Ndalem Perwito Atmajan, 10062025 07.07.