Siswa SDN 13 Koba ke Hutan Mangrove? Ngapain, Ya? 

Laporan: Meilanto

Bekaespedia.com. Kurau, Selasa, 26 November 2024. Suasana di tempat wisata hutan Mangrove Kurau Barat berbeda dari hari biasanya. Anak-anak dengan seragam olahraga motif merah putih yang diantar keluarga berkumpul di dekat Aik Munjang, perbatasan antara Desa Belilik dan Kurau Barat sekaligus batas alam antara Kecamatan Namang dan Koba.

Ngapain, ya? Kok tidak ke sekolah? Usut punya usut ternyata mereka sedang melakukan kegiatan field trip ke hutan mangrove Kurau Barat yang dikomandoi oleh Bang Yasir. Dengan mengusung tema “Fokus Ilmiah dan Eksplorasi Lapangan untuk Daya Tanggap, Rasa, Inovasi, dan Pengalaman.

Apa sih field trip itu?

Kegiatan field trip merupakan kunjungan wisata atau kunjungan yang dapat menunjang pengetahuan anak-anak melalui pembelajaran di luar kelas dengan mendatangi beberapa destinasi yang telah ditentukan.

SD Negeri 13 Koba memilih hutan mangrove Kurau Barat dengan berbagai pertimbangan dan alasan. Dekat dari sekolah merupakan alasan utama selain biayanya yang terjangkau. Selain itu, SDN 13 Koba sebagai daerah pesisir yang sekolahnya berbatasan langsung dengan hutan mangrove, sehingga perlu mengetahui lebih dalam manfaat dari hutan mangrove dan jenis usaha yang dilakukan oleh pihak pengelola.

Peserta didik yang hadir kelas 4, 5 dan 6 yang didampingi oleh seluruh GTK dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok akan dipandu oleh petugas dan akan mendengarkan informasi terkait tempat wisata berbasis alam tersebut.

Di tempat pertama, peserta menuju tempat budi daya ketam remangok. Di tempat kedua, peserta menuju tempat pembibitan mangrove dan di tempat ketiga di tempat budidaya ikan air payau.

Sebelum peserta didik menuju tempat-tempat yang telah ditentukan, mereka dikumpulkan di ruangan untuk mendengarkan informasi penting yang disampaikan oleh Bang Yasir.

“Terima kasih adik-adik dari SDN 13 Koba yang telah mendatangi hutan mangrove ini. Saya bangga bisa berjumpa dengan kalian, karena saya juga alumni SDN 191 yang saat ini menjadi SDN 13 Koba,” ujarnya.

Ecowisata hutan mangrove ini telah dikelola sejak 2004 silam. Berbagai penghargaan telah mereka raih dan yang paling prestisius adalah penghargaan kalpataru dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2019.

“Di hutan mangrove ini ada 58 jenis. Ada mangrove sejati dan mangrove ikutan. Mangrove sejati seperti bakau, perpat, nipah dan lain sebagainya. Sedangkan mangrove ikutan seperti gelam, waruk, Bintaro dan banyak lagi yang lainnya,” tambah bang Yasir yang sangat antusias menyampaikan materi. Peserta didik mendengarkan informasi dan sesekali menulis pada buku catatan.

Setelah itu peserta didik dibagi dalam tiga kelompok dan mendatangi tempat yang telah ditentukan yang dipandu oleh Bang Yasir, Bang Tejo dan Bang Sabang.

“Saya senang sekali bisa belajar jenis-jenis flora dan fauna yang hidup di sini, belajar banyak hal tentang jenis-jenis bakau, kepiting soka, ikan nila payau. Selain itu ada game edukasi dengan tukar kado bersama teman-teman supaya kami semakin akrab,” kata Alviva saat ditanyakan perasaannya mengikuti field trip ke Mangrove Kurau Barat.

Terima kasih pihak pengelola hutan mangrove Kurau Barat yang telah mengizinkan kami untuk field trip, semoga dengan studi lapangan ini bisa menjadi pengetahuan baru bagi peserta didik kami.

Peserta didik pada kelompok bibit bakau.
Peserta didik sedang melihat Budi daya kepiting soka
Peserta didik sedang melihat Budi daya ikan nila air payau.

Pembaca yang nak hutan mangrove Kurau Barat, silakan saja. Lokasi e dekat kok deri jalan raya, dek jeo deri jerembe Aik Munjang.*

Exit mobile version