Kayu Are Laut Nek Aji

Kayu Are Laut Nek Aji

Oleh: Yoelch Chaidir (Penyair Toboali)

Sekitar tahun 80-an , saat penulis berusia Sekolah Dasar ( SD) sampai dengan menginjak bangku Sekolah Menengah Atas ( SMA), di Toboali banyak tempat tempat yang masih di anggap angker oleh penduduk setempat.

Salah satu nya adalah lapangan bola bayangkara yang merupakan tempat bermukimnya para makhluk halus…

Konon pada era 60-an di jalan Merdeka tepatnya di samping Kantor kelurahan Tanjung Ketapang, ada sebuah aliran sungai yang bermuara ke laut Nek Aji tepat di belakang gawang lapangan bola bayangkara.

Aliran tersebut mengikuti aliran dari belakang sebuah grasi bengkel dari PT Timah yang merupakan bagian dari lingkungan kantor PT Timah masanya dan sekarang berubah menjadi Pusat pelayanan medik atau pusyandik yang merupakan “pelalu” atau jalan nya para makhluk halus.

Dan hingga kini aliran berupa bandar masih terlihat jelas saat kita melintas dari arah kantor pos menuju Kampung Padang.

Sekitar tahun 90-an untuk sengaja datang ke lokasi yang sekarang berdiri megah Permainan Biang Lala dan Rainbow slide yang merupakan salah satu permainan yang baru ada di Bangka Belitung ini adalah hal yang tabu ketika malam hari.

Kecuali ada hal-hal yang sekiranya memang mengharuskan kita untuk datang ke lokasi tersebut.

Seingat penulis ada beberapa kali acara acara yang berlangsung di lokasi tersebut dengan beberapa sponsor guna menghibur masyarakat Toboali yang pada waktu itu masih berstatus kota Kecamatan dengan Bangka sebagai Kabupaten.

Di samping itu pemuda pemuda warga Kampung Padang dan sekitarnya yang notabene saat sore hari sering latihan bola juga pernah melakukan ritual mengundang roh-roh halus dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan nomor buntut (togel jaman sekarang) kalau di Habang disebut Maen Abuk Abuk.

Walahualam

Di tahun 2000-an malah semakin sering adanya acara acara di lokasi tersebut dengan kedatangan pasar malam dan tong setan dari luar daerah untuk menghibur masyarakat Toboali namun kedatangan mereka tentu difasilitasi oleh penduduk Asli Toboali yang haus akan hiburan.

Pada lokasi lapangan bola Bhayangkara tersebut memang ada beberapa batang pohon beringin atau kayu are yang akar akarnya menjuntai ke bawah dan sering dijadikan alat untuk bermain anak-anak kampung Padang dan sekitarnya pada siang dan sore hari.

Beberapa pohon ketapang di tepian pantai laut Nek Aji serta beberapa pohon kelapa yang jarang buahnya bisa sampai tua sebab sering diambil buahnya untuk diminum air setelah latihan bola.

Satu kenangan yang mungkin tak dapat diulang bagi masyarakat Toboali khususnya anak-anak Kampung Padang dan sekitarnya karena sekarang telah berubah jauh dari aslinya.

Saat berkunjung ke wilayah tersebut masih membekas dalam ingatan masa masa kecil bercengkrama di pesisir pantai dan lapangan bola tersebut yang ketika dulu menginjakkan kaki ke area lapangan bola tersebut sudah bisa di pastikan kaki kaki akan berubah warna menjadi hitam sebab pasir pasir di area lapangan bola tersebut berwarna agak hitam sama dengan tanah padang jika musim kemarau berdebu.

Berbeda dengan pasir yang ada di pesisir pantai.

Kembali ke perihal kayu are atau beringin yang mungkin masih tersisa hal-hal gaib yang sampai sekarang masih misteri antara mitos dan fakta di mana bagi masyarakat Toboali umumnya bahwa di pohon beringin yan besar bermukim makhluk makhluk gaib yan tak nampak oleh kasat mata.

Adapun dari mana asal muasalnya jika melewati pohon beringin maka sudah di pastikan seraya menyebutkan kata-kata “permisi kami dak ganggu hanya numpang lewat”.

Sebagai insan yang terlahir dari kalangan yang masih kental hal-hal magis (Habang) berusaha melawan hal hal yang dianggap melampaui iman dan merusak akidah sebagai makhluk Tuhan penguasa segala Alam yang nyata dan tak nyata.

Percaya atau tidak itu bukan urusan untuk diperdebatkan cuma sekedar mengingatkan bahwa alam haib pasti adanya yang tercantum dalam Surat Al-Baqarah jika tidak percaya akan gaib maka murtadlah kita.

Namun jika sampai kita menduakan Allah sebagai Tuhan sang pencipta sekalian alam maka dosa besarlah kita.

Semoga dengan berkembang dan majunya Kota Toboali sebagai ibukota kabupaten hal-hal di luar nalar tidak akan terjadi.

Wassalam.*

Exit mobile version